Kamis, 03 Mei 2012

Sejarah Penulisan dan Metodologi Sejarah


SEJARAH PENULISAN dan METODOLOGI SEJARAH

A.       SEJARAH PENULISAN
Dalam kesempatan kali ini akan dikemukakan sejarah penulisan sejarah (historiography) Eropa Sejarah  historiografi Eropa akan dilihat sebagai gejala yang terikat oleh waktu dan terikat oleh kebudayaan.
1.         Zaman Yunani dan Romawi
Penulisan sejarah pada zaman Yunani dan Romawi bersifat netralitas, sejarah yang dikemukakan bersifat faktual dan kritis.  Kebudayaan pada zaman Yunani dan Romawi bersifat paganisme dan bertumpu pada kekuatan akal.  Dapat dikatakan bahw pada zaman ini ada kebebasan berpikir, filsafat kritis dan penjelasan-penjelasan mitologis ditolak.  Penemuan waktu dan kronologi sebenarnya sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun SM di Mesir, tetapi orang tidak segera menulis sejarah.  Tulisan sejarah di Eropa muncul di Yunani dalam bentuk puisi, karya Homer tahun 1.200 SM.  Kemudian, tulisan sejarah dalam bentuk prosa muncul pada abad ke 6 SM di Ionia.  Penulisan sejarah Romawi pada mulanya dalam bahasa Yunani, kemudian memakai bahasa  Latin. Herodotus merupakan bapak sejarah.
 
Penulisan sejarah dari Yunani yang terkenal ialah Herodotus (ca 484-425 SM), Thucydides (ca 456-396 SM) dan Polybius (ca 198-117 SM).  Penulis sejarah Romawi ialah Julius Caesar (100-44SM), Sallustius (ca 86-34 SM), Livius (59 SM-17 M) dan Tacitus (ca 55-120 M)

2.         Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan
Kebudayaan Kristen bertumpu pada agama dan supernaturalisme.  Sejarah dan teologi tidak dapat dipisahkan.  Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan mempunyai dua pusat, yaitu gereja dan negara, dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama.  Hasilnya berupa annals, chronicles, sejarah umum.  Pada zaman ini, sejarah yang netralitas, sejarah factual dan sejarah kritis tidak dapat diharapkan.  Zaman Pertengahan berlangsung lama yaitu 1.000 tahun dihitung dari abad ke-5 samapai 15, dan di banyak negeri.
Wakil dari Zaman Kristen Awal adalah Africanus, Eusebius, dan Orosius.  Sedangkan dari Zaman pertengahan adalah Cassiodorus, Procopius, Gregory dan Bede. 

3.         Abad XVII:  Zaman Renaisans, Reformasi, dan Kontra-Reformasi
Para penulis sejarah Renaisans mencerminkan cita-cita Renaisans yang melihat semangat pagan dan kebudayaan klasik Yunani-Romawi sebagai model.  Teologi tidak lagi menjadi fokus dan lukisan tentang keajaiban telah berkurang.  Renaisans melihat ke belakang, dan umumnya, historiografi zaman ini menggunakan bahasa Latin.  Historiografi Renaisans lahir di Italia.  Cacat terbesar ialah dalam penjelasan yang memakai pendekatan “orang besar”, karena banyak sejarah yang ditulis atas perintah penguasa.  Renaisans ingin menggantikan wahyu dengan akal, teologi dengan ilmu, kebudayaan teosentris dengan antroposentris, serta kebudayaan Kristen dengan paganisme.  Tokohnya adalah Lorenzo Valla dan Fransesco Guicciardini
Zaman Reformasi ingin menggantikan teologi lama dengan teologi baru. Diwakili oleh Matthias Vlacich Illyricus, Sleidanus, dan Heinrich Bullinger.  Pada Zaman Kontra-Reformasi, adanya pengembalian kewibawaan gereja Katolik yang telah dirusak oleh gerakan Reformasi.  Tokohnya adalah Cardinal Caesar Baronius dan sejarawan-sejarawan Jesuit

4.         Abad XVII:  Zaman Penemuan Daerah Baru
Pada zaman ini sejarah sosial menjadi tema utama.  Penemuan daerah-daerah baru pada abad ke-15, ke-16, dan ke-17 mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan histiografi Eropa.  Berkat pengaruh kisah-kisah perjalan yang banyak, orang Eropa tertarik dengan daerah-daerah baru untuk ekspansi Eropa.  Tokohnya adalah Marco Polo, Christopher Columbus, Hernando Cortez.  Penjajah awal datang dari Italia, Spanyol dan Portugal.  Kemudian menyusul bangsa Eropa Utara seperti Prancis, Belanda dan Inggris.

5.         Abad XVII:  Zaman Rasionalisme dan Pencerahan
Zaman Rasionalisme dimulai pada abad ke-17, namun baru memengaruhi histiografi pada abad ke-18.  Sikap universal kaum rasionalis telah meluaskan pandangan orang Eropa secara geografis.  Topik yang sesuai dengan pandangan universal iltu ialah sejarah peradaban.  Ada tiga aliran utama, yaitu radikal, moderat dan konservatis, serta sentimental.
Sejarawan Prancis mempunyai kecenderungan revolusioner, sedangkan sejarawan Inggris pada perkembangan institutional.  Persamaan antar keduanya ialah Rasionalisme.  
Sumbangan besar dari abad ke-18 atau Zaman Pencerahan ialah Gagasan Kemajuan, bahwa peradaban manusia terus menerus bergerak maju, yang artinya ada perbaikan kemanusiaan.

6.         Abad XIX:  Zaman Romantisisme, Nasionalisme, dan Liberalisme
Historiografi dalam abad ini, ditandai dengan ciri-ciri (1) penghargaan kembali pada Zaman Pertengahan, (2) munculnya filsafat sejarah (3) munculnya teori “Orang Besar”, (4) timbulnya nasionalisme dan (5) munculnya liberalisme.
Romantisisme dalam historiografi adalah kebalikan dari Rasionalisme.  Tokohnya adalah Chateaubriand, De Stael, Scottl, Thierry, Michelet.  Zaman Nasionalisme, adanya sejarah mengenai Negara tempat ia tinggal sehingga timbul rasa nasionalisme terhadap negara.  Contohnya, buku ke dua dari Fichte yang member dorongan timbulnya nasionalisme Jerman.  Para Zaman Liberalisme, para sejarawan bebas mengungkapkan berbagai hal yang ingin diungkapkan karena sifatnya yang liberal.

7.         Akhir Abad XIX dan Abad XX:  Sejarah Kritis dan Sejarah Baru
Sudah lama sejarah kritis dirintis. Tokohnya antara lain: oleh Jean Bodin, Jean Mabillon, serta Berthold Georg Niebuhr Menurut Harvey Robinson.  Menurut Robinson, sejarah kritis hanya dapat menangkap “permukaan”, tetapi tidak yang “di bawah” realitas, tidak dapat memahami perilaku manusia.
Tokoh Sejarah Baru adalah Robinson dan Becker.  Sejarah baru menekankan pentingnya ilmu-ilmu sosial.  Kalau Historiografi klasik menekankan pada retorik, historiografi modern pada kritik, maka sejarah baru menekankan pada ilmu sosial. Sejak itu ada pendekatan kembali sejarah dan ilmu-ilmu sosial.

B.        METODOLOGI SEJARAH
Metodologi sejarah antara lain:
1.         Penulisan sejarah di Indonesia
Historiografi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejrah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta. Adanya perubahan cara penulisan sejarah dari Neerlandocentrisme menjadi Indonesiacentrisme.  Kategori pertama dari kepustakaan sejarah ialah yang ditulis oleh sejarawan akademis.  Kegiatan penulisan sejarah yang lain meliputi berbagai kegiatan yang disponsori pemerintah dalam bentuk proyek-proyek penulisan, sejarah militer, sejarah popular, sejarah lisan dan lain-lain.  Sebagai usaha tambahan dari penulisan sejarah adalah usaha penerbitan arsip yang dikerjakan oleh Arsip Nasional. 
Dapat disimpulkan kategori tersebut adalah sejarah akademis, sejarah Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN) dan sejarah militer, dan sejarah popular.

2.         Sejarah Lisan
Penggalian sumber sejarah atau informasi mengenai sejarah melalui teknik wawancara dengan orang-orang yang terlibat langsung atau saksi suatu peristiwa pada masa lampau. 
Kegunaan dari sejarah lisan adalah sebagai metode tunggal, serta sebagai bahan dokumenter.  Sejarah lisan juga mempunyai sumbangan yang besar dalam mengembangkan substansi penulisan sejarah, (1) dalam menggali sejarah dari pelaku-pelakunya tidak memiliki batasan, (2) dapat mencapai pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen, dan (3) memungkinkan perluasan permasalahan sejarah.
3.         Sejarah Sosial
Sejarah sosial adalah sejarah yang menjadikan masyarakat sebagai bahan kajian.  Contohnya mengenai kelas sosial, peristiwa sosial, intitusi sosial maupun fakta sosial.
Sejarah sosial memiliki enam model yang telah dipakai oleh sejarawan dalam merekonstruksikan masa lalu yaitu: (1) model evolusi, (2) model lingkaran sentral, (3) model interval, (4) model tingkat perkembangan, (5) model jangka panjang-menengah-pendek, dan (6) model sistematis

4.         Sejarah Kota
Sejarah kota adalah sejarah yang membahas mengenai perkembangan ekologi kota,  transformasi sosial ekonomis, sistem sosial, problema sosial, serta mobilitas sosial.  Dalam kajian mengenai kota, batas administratif ialah yang paling sering dijadikan dasar strategi penelitian.  Pada awal abad ke-20 sebuah kota Indonesia yang ideal akan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sekaligus menunjukkan sejarah kota itu.

5.         Sejarah Pedesaan
Sejarah pedesaaan ialah sejarah dalam arti yang seluas-luasnya.  Sejarah pedesaan ialah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi pertanian.
Sebagai bidang penelitian dalam sejarah pedesaan, desa dapat dimasukkan dalam satuan-satuan ekosistem, geografis, ekonomis dan budaya.  Kita dapat menggolongkan masalah sejarah pedesaan ke dalam berbagai kelompok:  (1) bangunan fisik, (2) satuan sosial, (3) lembaga sosial, (4) hubungan sosial, dan (5) gejala psiko-kultural.

6.         Sejarah Ekonomi Pedesaan
Secara singkat, sejarah ekonomi mempelajari manusia sebagai pencari dan pembelanja.  Sejarah ekonomi haruslah spesifik, sejarah dari satuan yang kongkret dan khusus.  Dalam sejarah ekonomi pedesaan, ialah sejarah yang secara khusus membahas mengenai ekonomi dipedesaan, dimana didalammnya terdapat ekonomi primitif dan ekonomi petani.  Beberapa kemungkinan permasalahan yaitu tentang factor-faktor ekonomi, sector ekonomi, lembaga ekonomi, komoditi, pertumbuha, dan problem-problem.  Faktor ekonomi pedesaan meliputi tanah, kerja,capital, upah, harga dan sewa.

7.         Sejarah Wanita: dari Sejarah Androcentric ke Sejarah Androgynous
Sejarah wanita adalah sejarah yang membahas mengenai wanita yang dalam penulisan sejarah peranannya tidak diperhitungkan karena dominannya kaum laki-laki dengan adanya sejarah tentang kekuasaan dan keperkasaan.  Rekonstruksi sejarah kita bercorak androcentric sehingga harus diubah menjadi androgynous, yaitu sejarah baik kaum laki-laki maupun wanita bersama mengambil bagian didalamnya dengan harapan supaya gambaran sejarah antara laki-laki dengan perempuan menjadi seimbang.
Pedekatan-pendekatan tema yang digunakan adalah pendekatan sejarah sosial, sejarah kebudayaan dan sejarah politik
Tema-tema sejarah wanita antara lain: (1) peranan wanita dalam berbagai sektor sosial ekonomi, (2) biografi atau prosopografi wanita yang mempunyai konotasi kemandirian, (3) gerakan wanita, (4) gambaran wanita, (5) sejarah keluarga, (6) budaya wanita, (7) hubungan laki-laki dan wanita, (8) kelompok-kelompok wanita, (9) etnisitas, (10) ekonomi, (11) penerbitan sumber

8.         Sejarah Kebudayaan
Sejarah kebudayaan adalah usaha mencari “morfologi budaya”, studi tentang struktur, pendapat dari Huizinga (1872-1945).  Tugas dari sejarah kebudayaan adalah mencari pola-polakehidupan, kesenian dan pemikiran secara bersama-sama.  Sejarah kebudayaan mempunyai peranan penting, karena hanya dengan melihat kemasa lalu kita dapat membangun masa depan dengan lebih baik.  Sejarah juga menawarkan cara pandang yang kritis mengenai masa lalu, sehingga tidak terjebak pada archaisme dan makronisme, sekalipun kita berpijak pada jati diri yang terbentuk dimasa lampau sejarah kita.
9.         Seminar Sejarah Lokal, 1984
Seminar sejarah local, diselenggarakan pada tanggal 17-20 September 1984 di Medan.  Dalam seminar itu dikemukakan lima tema pokok, yaitu: (1) Dinamika masyarakat pedesaan, (2) Pendidikan sebagai factor dinamisasi dan integrasi sosial, (3) interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk, (4) revolusi nasional di tingkat lokal, (5) biografi tokoh lokal.
Hal-hal yang dibahas saat seminar sejarah lokal, 1984 adalah (1) adanya kesadaran mengenai dimensi waktu dalam penulisan sejarah yang tampak dalam tulisan mengenai pendidikan, (2) Tersingkapnya lebih banyak lagi garis depan sejarah, (3) Adanya pendekatan antropologis dalam sejarah local Sumatera Utara, (4) Hubungan migrasi dan perubahan sosial yang mendapat perhatian dari beberapa tulisan, (5) Adanya teori dan konsep dari antropologi politik yang tampak secara implicit dalam tulisan mengenai Indonesia bagian timur, (6) Sejarah revolusi yang diwakili oleh beberapa tulisan (7) sejarah politik, terupatama sejarah politik kontemporer, masih menjadi pantangan bagi sejarawan.
Sejarah lokal dalam bentuknya yang mikro telah tampak dasar-dasar dinamikanya,sehingga [eristiwa sejarah dapat diterangkan melalui dinamika internal yang di tiap daerah  mempunyai kekhasan tersendiri yang otonom.

10.     Sejarah Agama
Perbedaan sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu fakta.  Perbedaaan dengan ilmu sosial lain adalah sejarah itu diakronis, ideografis dan unik.  Perbedaan sejarah dengan ilmu agama adalha sejarah itu empiris
Kita harus melihat bahwa aliran kepercayaan sebagai fakta sosial yang menjadi objek penelitian semata-mata, terlepas dari penilaian subjektif dengan kata lain melihat agama dalam penelitian ilmiah.
Model-model pendekatan sejarah agama:  (1) Pendekatan sejarah politik, (2) Pendekatan sejarah ekonomi, (3) Pendekatan sejarah intelektual, (4) Pendekatan sejarah kebudayaan, (5) Pendekatan sejarah kesenian, (6) Pendekatan sejarah mentalis, (7) Pendekatan sejarah sensabilitas, (8) Pendekatan Biografi, Psycho-history, Prosopografi

11.     Sejarah Politik
Politik menyangkut semua kegiatan yagn berhubungan dengan Negara dan pemerintahan dan perhatian ilmu politik adalah pada gejala-gejala masyarakat.  Semula definisi sejarah politik adalah sejarah kegiatan yang berhubungan dengan masalah pemerintahan dan kenegaraan, kemudian sejarah politik didefinisikan history of power.  Sejarah politik bukan lagi semata-mata menulis mengenai politik tetapi tentang kekuasaan pada umumnya
Pendekatan sejarah politik: (1) Sejarah intelektual, (2) Sejarah konstitusional, (3) Sejarah institusional, (4) Sejarah behavioral, (5) Sejarah komparatif, (6) sejarah sosial, (7) studi kasus.
Ilmu bantu dalam penelitian sejarah politik adalah: (1) sosiologi, (2) antropologi, (3) ekonomi, (4) psikologi (psiko-analis)

12.     Sejarah Pemikiran
Sejarah pemikiran adalah terjemahan dari history of thought, history of ideas, atau intellectual history.  Dapat didefinisikan sebagai the study of the rule of ideas I historical events and process. 
Permasalahan dalam sejarah pemikiran adalah (1) Pelaku, pemikiran dilakukan oleh perorangan, isme, gerakan intelektual, periode, dan pemikiran kolektif  (2), Tugas sejarah pemikiran adalah membicarakan pemikiran besar yang berpengaruh pada kejadian bersejarah, melihat konteks sejarahnya tempat ia muncul, tumbuh dan berkembang serta pengaruh pemikiran pada masyarakat bawah.
Pendekatan sejarah pemikiran:
(1)   Kajian teks: (a) genesis pemikiran, (b) konsistensi pemikiran, (c) evolusi pemikiran, (d) sistematika pemikiran, (e) perkembangan dan perubahan, (f) varian pikiran, (g) komunikasi pemikiran, (h) internal dialectics dan kesinambungan pikiran serta intertekstualitas
(2)   Konteks:  (a) konteks sejarah, (b) konteks politik, (c) konteks budaya, (d) konteks sosial
(3)   Hubungan:  (a) pengaruh pemikiran, (b) implementasi pemikiran, (c) diseminasi pemikiran, (d) sosialisasi pemikiran
Definisi sejarah pemikiran pada saat ini adalah tidak hanya membatasi diri pada pemikiran perorangan dan pemikiran teoretis tetapi juga pemikiran praktis dari sosiologi pengetahuan

13.     Biografi
Biografi adalah catatan tentang hidup seseorang, meskipun sangat mikro, namun menjadi bagian dalam mosaic sejarah yang lebih besar.
        Otobiografi adalah biografi yang ditulis sendiri
Setiap biografi seharusnya mengandung hal-hal sebagai berikut: (1) kepribadian tokohnya, (2) kekuatan sosial yang mendukung, (3) lukisan sejarah zamannya, (4) keberuntungan dan kesempatan yang datang
Dua macam biografi: (1) portrayal (portrait) artinya biografi hanya mencoba memahami, (2) scientific (ilmiah) orang berusaha menerangkan tokohnya berdasar analisis ilmiah

14.     Sejarah Kuantitatif
Sejarah kuantitatif ialah penggunaan metode kuantitatif dalam penulisan sejarah.
Sejarah kuantitatif menggunakan teknik matematika sehingga lebih objektif, sedangkan kualitatif menggunakan hermeunetika berpa interpretasi terhadap pikiran, perkataan dan perbuatan.
Sejumlah permasalahan yang dapat dikembangkan oleh sejarah kuantitatif: (1) ekonomi, (2) demografi, (3) sosiologi, (4) politik,
Contoh sederhana dari kemampuan metode kuantitatif:  korelasi, content analysis, dan time series.
Sumber sejarah ini adalah Biro Pusat Statistik (BPS)


15.     Sejarah Mentalitas
Menurut Vovelle sejarah mentalitas adalahsejarah ketaksadaran kolektif, sejarah tentang mentalitas yang pra-verbal dan pra-refleksif.
Tulisan mengenai sastra dan sejarah merupakan klaim sejarah mentalitas as such sedangkan tulisan mengenai priyayi dan perbanditan secara substantive dapat menjadi sejarah mentalitas.
Sumbangan heuristic dari psikologi sosial: (1) agresivitas mob, (2) gerakan massa tak terorganisir, (3) kultus.  Sumbangan heuristic dari Sosiologi: (1) hollandisasi, (2) priyayinisasi, (3) amerikanisasi, (4) refeodalisasi.  Sedangkan sumbangan heuristic dari antropologi budaya:  (1) high culture, (2) popular culture, (3) folk-religion, (4) folk-belief, (5) folk-healing, (6) folk-art, (7) pengobatan alternative.
Pendekatan yang digunakan oleh sejarah mentalitas adalah verstehen dan imajinasi sejarah.






1 komentar: