SEJARAH PENULISAN dan METODOLOGI SEJARAH
A.
SEJARAH PENULISAN
Dalam kesempatan kali ini
akan dikemukakan sejarah penulisan sejarah (historiography) Eropa Sejarah historiografi Eropa akan dilihat
sebagai gejala yang terikat oleh waktu dan terikat oleh kebudayaan.
1.
Zaman Yunani dan Romawi
Penulisan sejarah
pada zaman Yunani dan Romawi bersifat netralitas, sejarah yang dikemukakan
bersifat faktual dan kritis. Kebudayaan
pada zaman Yunani dan Romawi bersifat paganisme dan bertumpu pada kekuatan
akal. Dapat dikatakan bahw pada zaman
ini ada kebebasan berpikir, filsafat kritis dan penjelasan-penjelasan mitologis
ditolak. Penemuan waktu dan kronologi
sebenarnya sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun SM di Mesir, tetapi orang
tidak segera menulis sejarah. Tulisan
sejarah di Eropa muncul di Yunani dalam bentuk puisi, karya Homer tahun 1.200
SM. Kemudian, tulisan sejarah dalam
bentuk prosa muncul pada abad ke 6 SM di Ionia.
Penulisan sejarah Romawi pada mulanya dalam bahasa Yunani, kemudian
memakai bahasa Latin. Herodotus
merupakan bapak sejarah.
Penulisan sejarah
dari Yunani yang terkenal ialah Herodotus (ca 484-425 SM), Thucydides (ca
456-396 SM) dan Polybius (ca 198-117 SM).
Penulis sejarah Romawi ialah Julius Caesar (100-44SM), Sallustius (ca
86-34 SM), Livius (59 SM-17 M) dan Tacitus (ca 55-120 M)
2.
Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan
Kebudayaan Kristen
bertumpu pada agama dan supernaturalisme.
Sejarah dan teologi tidak dapat dipisahkan. Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan
mempunyai dua pusat, yaitu gereja dan negara, dengan pendeta dan raja sebagai
pelaku utama. Hasilnya berupa annals,
chronicles, sejarah umum. Pada zaman
ini, sejarah yang netralitas, sejarah factual dan sejarah kritis tidak dapat
diharapkan. Zaman Pertengahan
berlangsung lama yaitu 1.000 tahun dihitung dari abad ke-5 samapai 15, dan di
banyak negeri.
Wakil dari Zaman
Kristen Awal adalah Africanus, Eusebius, dan Orosius. Sedangkan dari Zaman pertengahan adalah
Cassiodorus, Procopius, Gregory dan Bede.
3.
Abad XVII: Zaman
Renaisans, Reformasi, dan Kontra-Reformasi
Para penulis sejarah
Renaisans mencerminkan cita-cita Renaisans yang melihat semangat pagan dan
kebudayaan klasik Yunani-Romawi sebagai model.
Teologi tidak lagi menjadi fokus dan lukisan tentang keajaiban telah
berkurang. Renaisans melihat ke
belakang, dan umumnya, historiografi zaman ini menggunakan bahasa Latin. Historiografi Renaisans lahir di Italia. Cacat terbesar ialah dalam penjelasan yang
memakai pendekatan “orang besar”, karena banyak sejarah yang ditulis atas
perintah penguasa. Renaisans ingin
menggantikan wahyu dengan akal, teologi dengan ilmu, kebudayaan teosentris
dengan antroposentris, serta kebudayaan Kristen dengan paganisme. Tokohnya adalah Lorenzo Valla dan Fransesco
Guicciardini
Zaman Reformasi ingin
menggantikan teologi lama dengan teologi baru. Diwakili oleh Matthias Vlacich
Illyricus, Sleidanus, dan Heinrich Bullinger.
Pada Zaman Kontra-Reformasi, adanya pengembalian kewibawaan gereja
Katolik yang telah dirusak oleh gerakan Reformasi. Tokohnya adalah Cardinal Caesar Baronius dan
sejarawan-sejarawan Jesuit
4.
Abad XVII: Zaman Penemuan
Daerah Baru
Pada zaman ini
sejarah sosial menjadi tema utama.
Penemuan daerah-daerah baru pada abad ke-15, ke-16, dan ke-17 mempunyai
pengaruh penting bagi perkembangan histiografi Eropa. Berkat pengaruh kisah-kisah perjalan yang
banyak, orang Eropa tertarik dengan daerah-daerah baru untuk ekspansi
Eropa. Tokohnya adalah Marco Polo,
Christopher Columbus, Hernando Cortez.
Penjajah awal datang dari Italia, Spanyol dan Portugal. Kemudian menyusul bangsa Eropa Utara seperti
Prancis, Belanda dan Inggris.
5.
Abad XVII: Zaman
Rasionalisme dan Pencerahan
Zaman Rasionalisme
dimulai pada abad ke-17, namun baru memengaruhi histiografi pada abad
ke-18. Sikap universal kaum rasionalis
telah meluaskan pandangan orang Eropa secara geografis. Topik yang sesuai dengan pandangan universal
iltu ialah sejarah peradaban. Ada tiga
aliran utama, yaitu radikal, moderat dan konservatis, serta sentimental.
Sejarawan Prancis
mempunyai kecenderungan revolusioner, sedangkan sejarawan Inggris pada
perkembangan institutional. Persamaan
antar keduanya ialah Rasionalisme.
Sumbangan besar dari
abad ke-18 atau Zaman Pencerahan ialah Gagasan Kemajuan, bahwa peradaban
manusia terus menerus bergerak maju, yang artinya ada perbaikan kemanusiaan.
6.
Abad XIX: Zaman
Romantisisme, Nasionalisme, dan Liberalisme
Historiografi dalam
abad ini, ditandai dengan ciri-ciri (1) penghargaan kembali pada Zaman
Pertengahan, (2) munculnya filsafat sejarah (3) munculnya teori “Orang Besar”,
(4) timbulnya nasionalisme dan (5) munculnya liberalisme.
Romantisisme dalam
historiografi adalah kebalikan dari Rasionalisme. Tokohnya adalah Chateaubriand, De Stael,
Scottl, Thierry, Michelet. Zaman
Nasionalisme, adanya sejarah mengenai Negara tempat ia tinggal sehingga timbul
rasa nasionalisme terhadap negara.
Contohnya, buku ke dua dari Fichte yang member dorongan timbulnya
nasionalisme Jerman. Para Zaman
Liberalisme, para sejarawan bebas mengungkapkan berbagai hal yang ingin
diungkapkan karena sifatnya yang liberal.
7.
Akhir Abad XIX dan Abad XX:
Sejarah Kritis dan Sejarah Baru
Sudah lama sejarah
kritis dirintis. Tokohnya antara lain: oleh Jean Bodin, Jean Mabillon, serta
Berthold Georg Niebuhr Menurut Harvey Robinson.
Menurut Robinson, sejarah kritis hanya dapat menangkap “permukaan”,
tetapi tidak yang “di bawah” realitas, tidak dapat memahami perilaku manusia.
Tokoh Sejarah Baru
adalah Robinson dan Becker. Sejarah baru
menekankan pentingnya ilmu-ilmu sosial.
Kalau Historiografi klasik menekankan pada retorik, historiografi modern
pada kritik, maka sejarah baru menekankan pada ilmu sosial. Sejak itu ada
pendekatan kembali sejarah dan ilmu-ilmu sosial.
B.
METODOLOGI SEJARAH
Metodologi sejarah antara
lain:
1.
Penulisan sejarah di Indonesia
Historiografi
Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya
Seminar Sejrah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta. Adanya perubahan cara
penulisan sejarah dari Neerlandocentrisme menjadi Indonesiacentrisme. Kategori pertama dari kepustakaan sejarah
ialah yang ditulis oleh sejarawan akademis.
Kegiatan penulisan sejarah yang lain meliputi berbagai kegiatan yang
disponsori pemerintah dalam bentuk proyek-proyek penulisan, sejarah militer,
sejarah popular, sejarah lisan dan lain-lain.
Sebagai usaha tambahan dari penulisan sejarah adalah usaha penerbitan
arsip yang dikerjakan oleh Arsip Nasional.
Dapat
disimpulkan kategori tersebut adalah sejarah akademis, sejarah Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN) dan sejarah militer, dan
sejarah popular.
2.
Sejarah Lisan
Penggalian
sumber sejarah atau informasi mengenai sejarah melalui teknik wawancara dengan
orang-orang yang terlibat langsung atau saksi suatu peristiwa pada masa
lampau.
Kegunaan
dari sejarah lisan adalah sebagai metode tunggal, serta sebagai bahan
dokumenter. Sejarah lisan juga mempunyai
sumbangan yang besar dalam mengembangkan substansi penulisan sejarah, (1) dalam
menggali sejarah dari pelaku-pelakunya tidak memiliki batasan, (2) dapat
mencapai pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen, dan (3)
memungkinkan perluasan permasalahan sejarah.
3.
Sejarah Sosial
Sejarah
sosial adalah sejarah yang menjadikan masyarakat sebagai bahan kajian. Contohnya mengenai kelas sosial, peristiwa
sosial, intitusi sosial maupun fakta sosial.
Sejarah
sosial memiliki enam model yang telah dipakai oleh sejarawan dalam
merekonstruksikan masa lalu yaitu: (1) model evolusi, (2) model lingkaran
sentral, (3) model interval, (4) model tingkat perkembangan, (5) model jangka
panjang-menengah-pendek, dan (6) model sistematis
4.
Sejarah Kota
Sejarah
kota adalah sejarah yang membahas mengenai perkembangan ekologi kota, transformasi sosial ekonomis, sistem sosial,
problema sosial, serta mobilitas sosial.
Dalam kajian mengenai kota, batas administratif ialah yang paling sering
dijadikan dasar strategi penelitian.
Pada awal abad ke-20 sebuah kota Indonesia yang ideal akan mempunyai
ciri-ciri tersendiri yang sekaligus menunjukkan sejarah kota itu.
5.
Sejarah Pedesaan
Sejarah pedesaaan ialah sejarah dalam
arti yang seluas-luasnya. Sejarah
pedesaan ialah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau pedesaan,
masyarakat petani, dan ekonomi pertanian.
Sebagai bidang penelitian dalam
sejarah pedesaan, desa dapat dimasukkan dalam satuan-satuan ekosistem,
geografis, ekonomis dan budaya. Kita
dapat menggolongkan masalah sejarah pedesaan ke dalam berbagai kelompok: (1) bangunan fisik, (2) satuan sosial, (3)
lembaga sosial, (4) hubungan sosial, dan (5) gejala psiko-kultural.
6.
Sejarah Ekonomi Pedesaan
Secara singkat, sejarah ekonomi
mempelajari manusia sebagai pencari dan pembelanja. Sejarah ekonomi haruslah spesifik, sejarah
dari satuan yang kongkret dan khusus.
Dalam sejarah ekonomi pedesaan, ialah sejarah yang secara khusus
membahas mengenai ekonomi dipedesaan, dimana didalammnya terdapat ekonomi
primitif dan ekonomi petani. Beberapa
kemungkinan permasalahan yaitu tentang factor-faktor ekonomi, sector ekonomi,
lembaga ekonomi, komoditi, pertumbuha, dan problem-problem. Faktor ekonomi pedesaan meliputi tanah,
kerja,capital, upah, harga dan sewa.
7.
Sejarah Wanita: dari Sejarah Androcentric ke Sejarah Androgynous
Sejarah
wanita adalah sejarah yang membahas mengenai wanita yang dalam penulisan
sejarah peranannya tidak diperhitungkan karena dominannya kaum laki-laki dengan
adanya sejarah tentang kekuasaan dan keperkasaan. Rekonstruksi sejarah kita bercorak
androcentric sehingga harus diubah menjadi androgynous, yaitu sejarah baik kaum
laki-laki maupun wanita bersama mengambil bagian didalamnya dengan harapan
supaya gambaran sejarah antara laki-laki dengan perempuan menjadi seimbang.
Pedekatan-pendekatan
tema yang digunakan adalah pendekatan sejarah sosial, sejarah kebudayaan dan
sejarah politik
Tema-tema sejarah wanita antara lain:
(1) peranan wanita dalam berbagai sektor sosial ekonomi, (2) biografi atau
prosopografi wanita yang mempunyai konotasi kemandirian, (3) gerakan wanita,
(4) gambaran wanita, (5) sejarah keluarga, (6) budaya wanita, (7) hubungan
laki-laki dan wanita, (8) kelompok-kelompok wanita, (9) etnisitas, (10)
ekonomi, (11) penerbitan sumber
8.
Sejarah Kebudayaan
Sejarah
kebudayaan adalah usaha mencari “morfologi budaya”, studi tentang struktur,
pendapat dari Huizinga (1872-1945).
Tugas dari sejarah kebudayaan adalah mencari pola-polakehidupan,
kesenian dan pemikiran secara bersama-sama.
Sejarah kebudayaan mempunyai peranan penting, karena hanya dengan
melihat kemasa lalu kita dapat membangun masa depan dengan lebih baik. Sejarah juga menawarkan cara pandang yang
kritis mengenai masa lalu, sehingga tidak terjebak pada archaisme dan
makronisme, sekalipun kita berpijak pada jati diri yang terbentuk dimasa lampau
sejarah kita.
9.
Seminar Sejarah Lokal, 1984
Seminar
sejarah local, diselenggarakan pada tanggal 17-20 September 1984 di Medan. Dalam seminar itu dikemukakan lima tema
pokok, yaitu: (1) Dinamika masyarakat pedesaan, (2) Pendidikan sebagai factor
dinamisasi dan integrasi sosial, (3) interaksi antar suku bangsa dalam
masyarakat majemuk, (4) revolusi nasional di tingkat lokal, (5) biografi tokoh
lokal.
Hal-hal
yang dibahas saat seminar sejarah lokal, 1984 adalah (1) adanya kesadaran
mengenai dimensi waktu dalam penulisan sejarah yang tampak dalam tulisan
mengenai pendidikan, (2) Tersingkapnya lebih banyak lagi garis depan sejarah,
(3) Adanya pendekatan antropologis dalam sejarah local Sumatera Utara, (4)
Hubungan migrasi dan perubahan sosial yang mendapat perhatian dari beberapa
tulisan, (5) Adanya teori dan konsep dari antropologi politik yang tampak secara
implicit dalam tulisan mengenai Indonesia bagian timur, (6) Sejarah revolusi
yang diwakili oleh beberapa tulisan (7) sejarah politik, terupatama sejarah
politik kontemporer, masih menjadi pantangan bagi sejarawan.
Sejarah
lokal dalam bentuknya yang mikro telah tampak dasar-dasar dinamikanya,sehingga
[eristiwa sejarah dapat diterangkan melalui dinamika internal yang di tiap
daerah mempunyai kekhasan tersendiri
yang otonom.
10.
Sejarah Agama
Perbedaan
sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu fakta. Perbedaaan dengan ilmu sosial lain adalah
sejarah itu diakronis, ideografis dan unik.
Perbedaan sejarah dengan ilmu agama adalha sejarah itu empiris
Kita
harus melihat bahwa aliran kepercayaan sebagai fakta sosial yang menjadi objek
penelitian semata-mata, terlepas dari penilaian subjektif dengan kata lain
melihat agama dalam penelitian ilmiah.
Model-model
pendekatan sejarah agama: (1) Pendekatan
sejarah politik, (2) Pendekatan sejarah ekonomi, (3) Pendekatan sejarah
intelektual, (4) Pendekatan sejarah kebudayaan, (5) Pendekatan sejarah
kesenian, (6) Pendekatan sejarah mentalis, (7) Pendekatan sejarah sensabilitas,
(8) Pendekatan Biografi, Psycho-history, Prosopografi
11.
Sejarah Politik
Politik
menyangkut semua kegiatan yagn berhubungan dengan Negara dan pemerintahan dan
perhatian ilmu politik adalah pada gejala-gejala masyarakat. Semula definisi sejarah politik adalah
sejarah kegiatan yang berhubungan dengan masalah pemerintahan dan kenegaraan,
kemudian sejarah politik didefinisikan history of power. Sejarah politik bukan lagi semata-mata
menulis mengenai politik tetapi tentang kekuasaan pada umumnya
Pendekatan
sejarah politik: (1) Sejarah intelektual, (2) Sejarah konstitusional, (3)
Sejarah institusional, (4) Sejarah behavioral, (5) Sejarah komparatif, (6)
sejarah sosial, (7) studi kasus.
Ilmu
bantu dalam penelitian sejarah politik adalah: (1) sosiologi, (2) antropologi,
(3) ekonomi, (4) psikologi (psiko-analis)
12.
Sejarah Pemikiran
Sejarah pemikiran adalah terjemahan
dari history of thought, history of ideas, atau intellectual history. Dapat didefinisikan sebagai the study of the
rule of ideas I historical events and process.
Permasalahan dalam sejarah pemikiran
adalah (1) Pelaku, pemikiran dilakukan oleh perorangan, isme, gerakan
intelektual, periode, dan pemikiran kolektif
(2), Tugas sejarah pemikiran adalah membicarakan pemikiran besar yang
berpengaruh pada kejadian bersejarah, melihat konteks sejarahnya tempat ia
muncul, tumbuh dan berkembang serta pengaruh pemikiran pada masyarakat bawah.
Pendekatan sejarah pemikiran:
(1) Kajian teks: (a) genesis pemikiran, (b) konsistensi pemikiran,
(c) evolusi pemikiran, (d) sistematika pemikiran, (e) perkembangan dan
perubahan, (f) varian pikiran, (g) komunikasi pemikiran, (h) internal
dialectics dan kesinambungan pikiran serta intertekstualitas
(2) Konteks: (a) konteks
sejarah, (b) konteks politik, (c) konteks budaya, (d) konteks sosial
(3) Hubungan: (a) pengaruh
pemikiran, (b) implementasi pemikiran, (c) diseminasi pemikiran, (d)
sosialisasi pemikiran
Definisi sejarah pemikiran pada saat
ini adalah tidak hanya membatasi diri pada pemikiran perorangan dan pemikiran
teoretis tetapi juga pemikiran praktis dari sosiologi pengetahuan
13.
Biografi
Biografi
adalah catatan tentang hidup seseorang, meskipun sangat mikro, namun menjadi
bagian dalam mosaic sejarah yang lebih besar.
Otobiografi adalah biografi yang ditulis
sendiri
Setiap biografi seharusnya mengandung
hal-hal sebagai berikut: (1) kepribadian tokohnya, (2) kekuatan sosial yang
mendukung, (3) lukisan sejarah zamannya, (4) keberuntungan dan kesempatan yang
datang
Dua macam biografi: (1) portrayal
(portrait) artinya biografi hanya mencoba memahami, (2) scientific (ilmiah)
orang berusaha menerangkan tokohnya berdasar analisis ilmiah
14.
Sejarah Kuantitatif
Sejarah
kuantitatif ialah penggunaan metode kuantitatif dalam penulisan sejarah.
Sejarah
kuantitatif menggunakan teknik matematika sehingga lebih objektif, sedangkan
kualitatif menggunakan hermeunetika berpa interpretasi terhadap pikiran,
perkataan dan perbuatan.
Sejumlah
permasalahan yang dapat dikembangkan oleh sejarah kuantitatif: (1) ekonomi, (2)
demografi, (3) sosiologi, (4) politik,
Contoh
sederhana dari kemampuan metode kuantitatif:
korelasi, content analysis, dan time series.
Sumber
sejarah ini adalah Biro Pusat Statistik (BPS)
15.
Sejarah Mentalitas
Menurut
Vovelle sejarah mentalitas adalahsejarah ketaksadaran kolektif, sejarah tentang
mentalitas yang pra-verbal dan pra-refleksif.
Tulisan
mengenai sastra dan sejarah merupakan klaim sejarah mentalitas as such
sedangkan tulisan mengenai priyayi dan perbanditan secara substantive dapat
menjadi sejarah mentalitas.
Sumbangan
heuristic dari psikologi sosial: (1) agresivitas mob, (2) gerakan massa tak
terorganisir, (3) kultus. Sumbangan
heuristic dari Sosiologi: (1) hollandisasi, (2) priyayinisasi, (3)
amerikanisasi, (4) refeodalisasi.
Sedangkan sumbangan heuristic dari antropologi budaya: (1) high culture, (2) popular culture, (3)
folk-religion, (4) folk-belief, (5) folk-healing, (6) folk-art, (7) pengobatan
alternative.
Pendekatan
yang digunakan oleh sejarah mentalitas adalah verstehen dan imajinasi sejarah.
Mbak bisa cantumkan sumbernya ndak?
BalasHapus