Kamis, 19 April 2012

Pola Asuh Orangtua


MAKALAH
MATA KULIAH SOSIOLOGI

POLA ASUH ORANGTUA

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi
Dosen Pengampu:  Wasiti, M.Si





Disusun Oleh:
                 Nunung Khusnul Khotimah            (10402241001)


                                                                                           
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
                                                                          2011









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.  Interaksi sosial merupakan salah satu komponen dari sosiologi.  Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubngan antar individiu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok.  Interaksi sosial yang akan dibahas dalam makalah ini adalah keluarga.
 
Keluarga merupakan kelompok sosial yang kecil, yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak.  Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga.  Orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab anak mengenal dunia luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari akan terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi pekerti orang tuanya.
Namun, saat ini banyak terjadi kebobrokan moral anak, hal ini diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras dan bebas serta keluarga yang sedang bermasalah (broken home).  Selain itu, penyebab lainnya adalah tidak adanya kesepahaman pemikiran antara anak dengan orang tua maupun sebaliknya.
Dikarenakan peran orang tua yang sangat penting, maka makalah ini akan membahas lebih mendalam semua yang berkaitan dengan peranan orang tua dalam mendidik anaknya. 


B.     Rumusan Masalah
1.    Apa peran dari orang tua?
2.    Apa saja tipe orang tua dalam mendidik anak?
3.    Apa kelalaian orang tua dalam mendidik anak?
4.    Apa saja permasalahan anak saat ini?
5.    Apa solusi dari berbagai masalah yang dihadapi oleh orang tua?


C.    Tujuan
1.    Mengetahui peran dari orang tua
2.    Memahami tipe orang tua dalam mendidik anak
3.    Mengetahui kelalaian orang tua dalam mendidik anak
4.    Memahami  berbagai permasalahan remaja yang ada saat ini
5.    Mengetahui solusi dari berbagai masalah yang dihadapi oleh orang tua












BAB II
PEMBAHASAN

A.      Fungsi atau Peran Dari Orang Tua
Orang Tua memiliki fungsi atau peran pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan dari orang lain.  Fungsi tersebut antara lain:
1.         Fungsi Biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tua ialah melahirkan anak.  Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarkat.
2.         Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.  Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan.  Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan pesaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.   Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak.
3.         Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan orang tua dalam membentuk kepribadian anak.  Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

Sedangkan menurut Mac Iver dan Page, fungsi utama dari keluarga modern adalah:
1.         Prokreasi dan memperhatikan serta membesarkan anak
2.         Kepuasaan yang lebih stabil dalam kebutuhan seks masing-masing
3.         Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan materialnya, kebudayaan dan kasih sayang. (Khairuddin, 2008:48-49)

B.       Gaya Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Mendidik anak bukanlah pekerjaan yang mudah.  Apa yang orang tua lakukan kadang tidak disadari dan membawa pesan-pesan tertentu bahkan mampu menciptakan atmosfer saling menghormati di dalam rumah, atau kekacauan dan kontrol kekuasaan. Berikut ini, dua gaya orang tua dalam mendidik anaknya.
1.         Gaya otoriter
Apabila orang tua menerapkan gaya otoriter, orang tua akan terfokus kepada pemberian batasan-batasan. Mereka mencoba untuk mengkontrol anak remaja mereka. Anak-anak yang hidup dengan gaya pengasuhan seperti ini umumnya akan merasa kecil dan tidak bebas.
Orang tua cenderung suka mengkritik dan menghakimi anak remaja mereka. Anak biasa selalu menuntut, dan orang tua menggunakan hukuman dan penghargaan untuk melakukan control. Orang tua dengan gaya mengasuh ini kemungkinan akan terlalu terlibat dalam pekerjaan rumah anak remaja mereka, terlebih kepada prestasi dan nilai yang bagus dibandingkan pelajaran serta pengalaman anak. Tidak ada penghargaan yang nyata kepada anak remaja.
Remaja yang diasuh dengan gaya otoriter akan  memberikan reaksi dengan cara yang berbeda.  Ada yang frustasi, marah, dan pemberontak di area yang orang tua tidak dapat mengkontrol seperti pertemanan, obat terlarang, kenakalan di sekolah, atau seks. Disini kekuatan untuk bertahan muncul diantara remaja dan orang tua. Penghormatan akan hilang di kedua belah pihak.
Bagaimanapun, anak remaja dari orang tua otoriter akan bersikap dengan cara berlawanan, penuh rasa takut kepada orang tua dan tidak berani menunjukkan emosinya. Anak tidak mau dikritik, dan mereka mencoba semampunya untuk menyenangkan orang tua dan mengikuti arahan orang tua, meski anak tidak lagi menghormati orang tua. Pada permukaan, akan tampak bahwa hubungan keluarga akan terlihat sempurna karena anak remaja berlaku seperti yang dituntut orang tua.
Dampak buruk dari gaya pengasuhan otoriter antara lain:
a.         Gaya mengasuh otoriter tidak akan membantu untuk membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati terhadap orang tua
b.        Gaya mengasuh ini tidak menawarkan kebebasan yang pantas dan rasa tanggung jawab kepada anak remaja
c.         Gaya mengasuh ini tidak mengajarkan anak remaja untuk memikirkan dirinya sendiri
2.         Gaya Liberal
Karakterisitik dari gaya liberal adalah memberikan kebebasan yang tak terbatas kepada anak, tanpa disertai adanya aturan dan hukuman yang mengikat.  Tentu saja, hal ini cenderung memberikan efek yang tidak baik kepada si anak.
Pergaulan anak yang tidak diawasi oleh orang tua, dapat menyebabkan si anak terjerumus ke pergaulan bebas.  Selain itu, anak juga dapat menjadi konsumen narkoba dan minuman keras.  Tentu saja, hal ini akan berdampak negatif pada perkembangan psikologi dan moral anak tersebut.
Kebebasan anak dalam menggunakan teknologi informasi juga dapat berefek negatif pada anak, salah satunya si anak dapat meniru adegan kekerasan yang ditayangkan di televisi.  Tidak hanya itu, dengan penggunaan internet tanpa pengawasan, anak dapat dengan mudah mengakses situs-situs porno. 
Tidak hanya itu, sifat liberal orang tua juga dapat menjadikan anak memiliki sifat manja.  Akibat dari sifat manja adalah:
a.         Anak akan mempunyai sifat egois atau mementingkan diri sendiri. Anak yang dimanja sejak kecil merasa bahwa selalu ada orang lain yang akan membantu dirinya atau memenuhi segala keinginan dirinya. Akibatnya nanti, anak akan merasa “besar”, merasa terpandang, merasa kepentingannya adalah yang paling utama. Akibatnya pula, anak semacam ini akan memiliki kepekaan sosial yang kurang. Anak menjadi tidak mengerti bagaimana menghargai orang lain.
b.        Anak akan memiliki rasa harga diri yang kurang. Karena selalu dituruti, dilayani, dan dilindungi, akan membuat anak memiliki keyakinan bahwa ia “tidak mampu” mengerjakan sesuatu. Mereka nantinya selalu meminta harapan dan bantuan dari orang lain. Selanjutnya, mereka menjadi lekas putus asa dan keras kepala.
c.         Anak akan menjadi kurang memiliki rasa inisiatif. Mereka akan memupuk sifat malas. Mereka enggan mengerjakan sesuatu yang sulit karena sejak kecil anak yang dimanja sudah dimudahkan kehidupannya.
d.        Anak akan menjadi tidak mandiri. Jika sejak kecil anak sudah dituruti keinginannya, maka ketika besar anak menjadi dependen atau bergantung pada orang lain. Nantinya, dalam mengerjakan sesuatu, anak akan selalu meminta-minta bantuan kepada orang lain.


C.      Kelalaian Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Seringkali orang tua melakukan kelalaian atau kesalahan dalam proses mendidik anaknya menuju kedewasaan.  Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya. Berikut ini kelalaina yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya:
1.           Minimnya waktu bersama anak.
Kesibukan kerja membuat energi orangtua habis terkuras, sehingga tak lagi waktu tersisa untuk bisa beraktivitas bersama anak, entah itu bermain, bernyanyi atau bercerita. Belum lagi kurangnya waktu untuk mentransfer nilai-nilai moral, etika dan spiritual pada anak.
2.           Lemahnya ikatan orang tua dengan anak.
Keseharian anak biasanya jadi lebih banyak bersama orangtua pengganti, seperti nenek-kakek, om-tante, pengasuh, dan sebagainya. Orang tua tidak memiliki waktu dan memberikan limpahan perhatian kepada anak, sehingga berakibat pada lemahnya ikatan antara orangtua dengan anak.
3.           Guilty feeling orangtua.
Perasaan bersalah orangtua lantaran sering meninggalkan anaknya mendorong orangtua membanjiri anak dengan berbagai hadiah. Akibatnya, anak terbiasa mendapatkan segala sesuatu tanpa pernah dibarengi tuntutan apapun dari orangtua dan menjadikan anak memiliki sifat manja.  
4.           Komunikasi tak terjalin dengan baik
Tak banyak orangtua yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, termasuk dengan anak. Tak heran kalau komunikasi terhadap anak cenderung menyimpang atau dilakukan dengan cara salah, seperti membentak, menghakimi, mencemooh, mengabaikan, main perintah, dan sebagainya. Celakanya, pola komunikasi yang salah seperti inilah yang ditiru oleh anak. Dampaknya, bukan tidak mungkin konsep diri anak menjadi rendah.
5.           Berharap terlalu banyak tanpa tuntunan yang memadai
Contohnya adalah anak dibiarkan saja saat main PS terus menerus tanpa ada teguran atau peringatan untuk belajar atau menyelesaikan tugas sekolah lebih dulu. Celakanya, di saat yang sama orangtua berharap anak mendapat ranking bagus di sekolahnya.
6.           Tidak ada aturan yang jelas dan tegas
Seharusnya sejak anak masih kecil, orangtua sudah konsisten menanamkan aturan. Penerapannya tidak harus kaku, melainkan dilakukan secara sabar, berulang-ulang namun konsisten. Ketika memberlakukan aturan apapun, orangtua harus mampu bersikap tegas dan jelas untuk tidak begitu saja mengikuti kemauan anak. Sekali saja orangtua mengiyakan kehendak anak maka aturan yang sudah ada akan rusak karena anak akan melanggarnya.


7.           Tidak disiplin
Bersikap kelewat permisif selalu membolehkan anak melakukan apapun, juga sama sekali tidak mendidik. Orangtua membolehkan anak nonton dan main games tanpa batasan. Bahkan sampai berjam-jam. Akibatnya, anak tidak tahu kalau ada aturan bagi dirinya. Dia tidak tahu mana yang boleh mana yang tidak. Jadi, beri aturan yang jelas dan tegas. Apapun konsekuensi yang telah disepakati bersama dan disampaikan kepada anak harus tetap dijalankan.
8.           Orang tua kurang percaya diri
Idealnya orangtua tidak boleh “kalah kata” dengan anak.  Artinya, orangtua harus punya keberanian dan rasa percaya diri. Agar anak bersedia mengikuti aturan, orangtua harus mampu bersikap tegas.  Jangan sampai orangtua kehabisan kata-kata lantas menyerah pada kemauan anak.
9.           Orang tua mengontrol semua kegiatan anak
Dalam hal ini orangtua menutup kesempatan anak untuk memiliki pengalaman berpikir sendiri, memilih maupun mengambil keputusan bagi dirinya. Imbasnya, anak tidak mendapat kesempatan untuk merasakan kegagalan ataupun keberhasilan. Celakanya, tanpa disadari, orangtua justru kerap melindungi anak terhadap konsekuensi alamiah akibat perilaku negatifnya.
10.       Kurang pengawasan
Dalam hal ini orangtua menutup kesempatan anak untuk memiliki pengalaman berpikir sendiri, memilih maupun mengambil keputusan bagi dirinya. Imbasnya, anak tidak mendapat kesempatan untuk merasakan kegagalan ataupun keberhasilan. Celakanya, tanpa disadari, orangtua justru kerap melindungi anak terhadap konsekuensi alamiah akibat perilaku negatifnya.
11.       Membiarkan anak terlalu banyak menonton tv
Menonoton tv akan membuat anak malas belajar. Orang tua akan cenderung membiarkan anak menonoton tv berjam-jam daripada menganggu aktivitas mereka, padahal dengan sikap seperti itu orangtua tidak mungkin memfilter masuknya iklan maupun acara yang bersikap negative yang tidak mendidik.
12.       Segalanya diukur dengan materi
Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah tetapi haruslah disadari bahwa yang dibutuhkan anak adalah quality time bersama orang tua daripada diberikan sesuatu dan diam karena mereka lebih cenderung ingin didengarkan. (adhisusilokons.wordpress.com/2010/05/20/daftar-kesalahan-orangtua-terhadap-anak-anaknya/)


D.      Permasalahan Anak Saat Ini
Secara garis besar, permasalahan dikalangan anak yang sedang marak terjadi adalah pergaulan bebas dan pengkonsumsian narkoba. 
1.         Pergaulan Bebas
Faktor-faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas adalah:
a.    Faktor orang tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.  System komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat mempengaruhi anak-anak. Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jaman para orang tua masih remaja dulu. Semakin hari zaman semakin berkembang. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tua dalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:
1)        Faktor Kesenjangan
                 Pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.
2)        Faktor Kekurangan Kepedulian
                 Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi atau anaknya. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat. Anak akan lebih memilih menceritakan masalah yang sedang dihadapinya pada teman sebayanya, yang cenderung tidak memiliki baik pengetahuan maupun pengalaman dalam memecahkan masalah.
3)        Faktor Ketidakmengertian
                 Kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
4)        Faktor Iman Orang Tua
                 Ini terjadi kepada para orang tua yang kadar keimanannya masih tergolong rendah, mereka adalah orang orang yang kurang begitu memahami agama yang mereka anut. Seharusnya mereka memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya tentang agama yang mereka yakini, memberikan pengertian tentang apa yang boleh dan tidak boleh. Anak akan menjadi religius jika orang tuanyapun membimbingnya untuk menjadi anak yang religius.
5)        Faktor Kesenjangan Secara Rohani
                 Ini sebenarnya terkait dengan keimanan orang tua juga, namun banyak orang beragama yang baik, juga tidak sungguh-sungguh berdoa sejak awal untuk pergaulan anak-anak mereka. Padahal doa adalah hal utama yang semestinya dilakukan sejak awal. Sedangkan mereka baru akan berdoa disaat saat anak-anak mereka sudah terjerumus dalam pergaulan bebas.

b.   Faktor dari anak itu sendiri
Remaja sebagai pelaku utama dalam pergaulan tentunya harus yang pertama menyadari akan kerawanan-kerawanan mereka dalam pergaulan.  Adapun beberapa factor yang datang dari orang muda, yaitu:
1)        Faktor Kesadaran atau Kedewasaan
Faktor ini bukan hanya umurnya yang kurang, tetapi orang muda pada umumnya memang memiliki kecenderungan belum memiliki modal yang cukup dalam mempertimbangkan, memutuskan dan melakukan segala sesuatu, misalnya pengalaman belum cukup, usia masih muda, kedewasaan belum penuh, pertimbangan belum matang, kurang menyadari akan bahaya, cenderung meremehkan hal-hal yang sebenarnya penting, belum dapat menghayati sakitnya akibat dari tindakan yang salah, serta belum mencapai kestabilan emosi, sehingga sering terjebak dalam langkah yang berbahaya. Ditambah lagi kecenderungan orang muda ingin mencoba-coba sesuatu yang baru yang belum pernah dirasakan atau dialaminya
2)        Faktor Budaya
Remaja  cenderung menganggap bahwa pergaulan bebas adalah budaya remaja  jaman sekarang. Mereka merasa pergaulan bebas adalah hak mereka. Mereka mengatakan sekaranglah waktunya bergaul sebebas-bebasnya. Hal ini menimbulkan budaya iseng. Daripada dikatakan tidak gaul, mereka akhirnya bergaul sebebas-bebasnya.


3)        Faktor Keseimbangan Hidup
Remaja  memiliki potensi, tenaga, idealisme, semangat yang sedang bertumbuh dan sedang mekar-mekarnya, termasuk nafsu seksualitanya, dan lain-lain. Kondisi ini jika tidak didukung prinsip-prinsip rohani yang kuat, penguasaan diri yang baik, dan pendampingan dari seorang senior yang handal akan berakibat fatal. Maka banyak kehidupan remaja  cenderung menjadi liar.
4)        Faktor Keyakinan
Ini sebenarnya faktor terpenting dalam membekali remaja  menjalani hidup. Remaja yang kadar imannya rendah, memiliki kecenderungan untuk tidak berjalan dalam jalan Tuhan, termasuk tidak berdoa untuk pergaulan mereka. Sebaliknya yang kadar  imannya tinggi dan berjalan dalam jalan Tuhan, jelas akan menuai dalam damai sejahtera.

c.    Faktor perkembangan teknologi
1)        Televisi
Saat ini, hampir tidak ada masyarakat, terutama di perkotaan, yang tidak tersentuh oleh media massa. Yang paling populer tentu saja televisi. Sekarang ini hampir setiap rumah memiliki televisi.  Televisi kini dianggap merupakan kebutuhan primer masyarakat, disamping “sandang, mangan, papan”.  Di antara penonton televisi itu, terdapat anak-anak dan remaja, yang sedang mengalami masa perkembangan dan melewati fase suka meniru/imitasi. Di sisi lain, bahaya televisi melalui tayangan yang kurang bermutu meneror anak-anak dan remaja.
Berbagai efek buruknya jelas. Sebagai contoh acara smackdown yang telah menelan korban anak-anak lantaran meniru adegan kekerasan yang ada di acara tersebut.  Begitu pula dengan remaja.  Mereka masih dalam fase mencari jati diri.   Akibat tayangan sinetron atau film yang berdasarkan kisah fiksi tersebut,  menyebabkan timbulnya budaya konsumerisme dan pergaulan bebas merebak di kalangan remaja.
Selain itu, eksploitasi seksual dalam televisi dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda, dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di media, maka mereka akan semakin berani mencoba seks di usia muda.
Dalam kondisi seperti ini, sejak sekitar satu dekade yang lalu, mulai berkembang konsep literasi media (media literacy). Secara sederhana, literasi media berarti ‘kecerdasan dan keterampilan’ dalam menggunakan media massa. Kemampuan ini akan membuat kita dapat memilah dan memilih mana tayangan yang baik dan mana yang tidak.
2)        Internet
Di era globalisasi ini, pengaruh internet sangatlah besar bagi pergaulan para remaja. Bagi mereka yang bisa memanfaatkannya dengan baik, mereka akan mendapatkan banyak pengaruh positif dari media tersebut. Akan tetapi, realita mengatakan sebaliknya. Dalam penggunaannya, remaja tidak diawasi oleh orang-orang disekitar mereka yang dapat membimbing dan mengarahkan mereka untuk memanfaatkan teknologi tersebut secara maksimal, akibatnya banyak dari mereka yang membuka situs-situs yang tidak mendidik seperti situs-situs pornografi yang bisa diakses dengan mudahnya. Situs jejaring sosialpun seperti facebook, twitter, friendster, dan sebagainya apabila disalahgunakan dapat pula membahayakan.  Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kasus kriminalitas seperti penculikan dan kekerasan secara psikologis dikarenakan komunikasi via jejaring sosial.
2.         Pengkonsumsian narkoba
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba sangat berbahaya, hal ini dikarenakan narkoba dapat merusak sistem syaraf, menyebabkan berbagai penyakit, menyebabkan ketergantungan, dan yang paling terpenting adalah narkoba menguras energi, dana dan daya orang tua yang harus tersita untuk mengurus anak korban narkoba.
Tidak ada suatu kata untuk mencegah, namun yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah upaya pemberian informasi tentang bahaya narkoba.  Pemberian informasi perihal narkoba disampaikan sesuai dengan usia dari sang anak. 
Pada tahap anak sebelum memasuki usia sekolah, orang tua menjelaskan bahwa beberapa benda berbahaya untuk tubuh.  Pada anak SD, mulai dijelaskan tentang bahaya merokok dan minuman berakohol.  Sedangkan pada anak SMP dan SMA orang tua dapat menjelaskan jenis-jenis narkoba yang beredar di masyarakat, lengkap dengan pengetahuan tentang bahaya masing-masing dari obat-obatan itu, serta menjelaskan mekanisme bekerjanya obat-obatan itu terhadap otak, perilaku, emosi, serta bahayanya terhadap organ-organ tubuh.
Dengan penjelasan yang memadai, diharapkan akan menimbulkan sikap kritis dari dalam diri anak, ketika suatu waktu ada yang menawarkan narkoba, si anak berani menolak ajakan orang untuk menggunakan narkoba. Agar orang tua dapat menjelaskan dan menjawab pertanyaan anak, tentu saja orangtua harus lebih dahulu siap.  Sehingga orangtua harus mempelajari segala hal berkaitan dengan narkoba, dan tentu saja kegiatan berdiskusi dengan anak dapat berjalan lancar.

E.       Solusi Dari Berbagai Masalah Yang Dihadapi Oleh Orang Tua
Berikut ini, beberapa solusi dari berbagai permasalahan yang harus dihadapi oleh orang tua, baik dari pihak orang tua maupun sang anak:
1.         Jangan paksakan kehendak, tetapi bimbing anak dalam menapaki dan menatap dunia yang baru.  Puisi dari Khalil Gibran menerangkan “anak-anakmu  bukanlah anak-anakmu, mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu, meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu” dari kata-kata puisi khalil gibran bisa kita jelaskan bahwa semua anak ingin menjadi diri mereka sendiri, maka biarkanlah mereka jadi diri mereka sendiri. Jangan paksakan kehendak dan keinginan kita.
2.         Like father like son, memberi contoh yang baik, adalah lebih daripada seribu kata nasihat (jika kita masih sering memaki-maki pembantu atau oranglain, bagaimana mungkin anak-anak kita bisa jadi anak yang santun dan mengharagai orang) jadikan kita sebagai figur yang bisa jadi model atau panutan mereka, daripada di kemudian hari panutan mereka adalah teman yang bandar narkoba.
3.         Biarkan mereka mengeksplorasi hal baru, jangan mengekang anak dengan mengatasnamakan rasa sayang, beri mereka ruang untuk mengekplorasi rasa keingintahuan mereka dengan pengawasan kita. Karena di mata mereka, dunia ini adalah hal yang menarik setiap saat.
4.         Biarkan anak memilih hobinya, jangan dihambat, jangan dipaksakan hobi kita pada mereka, apalagi hobi yang gagal kita dapatkan masa kecil karena kekurangan biaya. Biarkan mereka memilih, jangan menutup mata bahwa banyak orang sukses yang dimulai dari menjalankan hobi mereka.
5.         Ajak mengikuti  kegiatan luar ruang, pergi camping, memancing atau hiking bisa membantu membentuk kemandirian dan keberanian mereka.
6.         Ciptakan hubungan yang baik antar kakak dan adik, saling mencintai dan menghargai antar saudara adalah bekal mereka menghadapi kehidupan. Rasa penuh cinta dan penghormatan akan membawa mereka menjadi manusia yang utuh.
7.         Agama, yang terakhir dan yang terpenting. Ajarkan agama semenjak dini, karena itu akan menjadi benteng terhebat mereka dalam memaknai kehidupan. Jika anda tidak mengerti agama, jangan malu, datangkan guru ke rumah, untuk belajar bersama mereka. Karena hanya dengan Ridha Allah SWT lah mereka dapat tumbuh. (fotounik.net/tips-mendidik-anak/).
8.         Orang tua menerapkan gaya demokrasi dalam mendidik anaknya, sebagai solusi dari kekurangan gaya otoriter dan liberal.
9.         Orang tua mengenalkan dan menerapkan literasi media sehingga meminilimasir penyalahgunaan teknologi informasi pada anak.
10.     Memberikan lingkungan yang baik kepada anak. Lingkungan yang positif akan memberikan karakter yang positif pula pada seorang remaja, sebaliknya jika mereka berada di lingkungan negatif mereka akan terbawa ke lingkungan tersebut.
11.     Menciptakan suasana keluarga yang penuh kasih sayang, nyaman, tentram, dan harmonis.

Selain itu, orang tua juga dapat melakukan beberapa upaya di bawah ini, untuk pencegahan agar anak mereka tidak terjerumus ke pergaulan bebas dan pengkonsumsian narkoba;
1.         Orang tua sebagai pengawas
                             Untuk menghidari anak dari bahaya pergaulan bebas dan narkoba, orangtua juga harus meningkatkan peranannya sebagai pengawas. Pembatasan (bouderis) sangat membantu untuk membuat anak merasa aman. Keluarga perlu menyusun peraturan yang jelas. Dengan peraturan rumah yang jelas, anak akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Peraturan rumah tersebut selain harus diketahui juga harus dimengerti sehingga yang melanggar akan dihukum sesuai kesepakatan.
                             Setiap anak hendak pergi, orangtua perlu bertanya dengan rincian kemana tujuan, kapan pulang, dengan siapa mereka pergi dan yang lain-lain yang dirasakan perlu. Kontrol disini untuk menunjukkan bahwa orangtua punya perhatian khusus kepada anak, dan tidak membiarkan anak untuk bertindak semuanya sendiri. Yang perlu diingat adalah sekalipun kotrol dijalankan dengan ketat, tetapi harus selalu berdialog dengan anak dan menerima keberatan-keberatan yang disampaikan anak.
2.         Orang tua sebagai pembimbing
                             Peranan sebagai pembimbing anak terutama dalam membatu anak mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan memberikan pilihan-pilihan saran yang realities bagi anak. Orang tua harus dapat membimbing anaknya secara bijaksana dan jangan sampai menekan harga diri anak. Anak harus dapat mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah seorang pribadi yang berharga, yang dapat mandiri, dan mampu dengan cara sendiri menghadapi persoalan-persoalannya. Bila si anak tidak mampu menghadapi persoalan-persoalannya yang susah seperti masalah narkoba, orangtua harus dapat membantu membahas masalah tersebut dalam bentuk dialog.  Dalam hal ini termasuk bantuan bagi anak untuk mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya. Sehingga si anak akan memiliki pegangan dan dukungan dari orangtuanya.
3.         Orangtua mengenal teman anak-anak
                             Orangtua perlu tahu siapa saja teman anaknya; kemana mereka pergi, dan apa saja kegiatan mereka. Bila anak membawa teman kerumah, bergabunglah dengan mereka. Tanyailah dimana mereka tinggal, apa saja kegiatan mereka pada waktu luang dan bagaimana kabar orangtua mereka. Pembiasaan-pembiasaan ini akan membuat anak maupun teman-temannya menjadi akrab dengan orangtua dan menganggap orangtua sebagai bagian dari kelompok mereka. Dan tetaplah bangun sampai saat anak pulang pada waktu malam.
                             Langkah selanjutnya adalah menyampaikan harapan kita kepada anak-anak untuk mengikuti peraturan tersebut secara tegas tetapi dengan penuh rasa kepedulian.
                             Dengan cara seperti ini si anak akan merasa bahwa orangtuanya memperhatikan dan mengetahui semua kegiatan dan teman-temannya. Ini akan membuat si anak akan berfikir untuk melakukan kesalahan-kesalahan kepada orangtuanya.  (fotounik.net/tips-mendidik-anak/).
4.      Bekerjasama dengan orang lain dan guru
a.         Kerjasama dengan orang tua lain
                        Bagi orangtua yang anaknya menjadi korban pergaulan bebas dan narkoba, perlu ada suatu kerjasama ataupun pertemuan dengan orang lain yang memiliki pengalaman yang sama tentang masalah pergaulan bebas dan  narkoba. Pertemuan dan diskusi akan sangat membantu menyelesaikan masalah, karena dapat saling berbagi informasi dan mencari penyelesaian untuk menanggulangi masalah narkoba serta dapat membuat masalah kita menjadi ringan dan kita mampu menerima bahwa anak kita terlibat pergaun dan bebas danarkoba dan harus diselamatkan.  Dan orangtua tidak merasa sendiri menghadapi masalahnya dan akan merasa optimis dapat menyelesaikannya. Biasanya sesama orangtua yang anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, ditanamkan pemahaman bahwa menjadi pecandu merupakan penyakit. Karena itu pecandu harus disembuhkan dari penyakit itu.
                   Penyakit itu tidak mudah disembuhkan. Pecandu membutuhkan orang lain untuk membantu menyembuhkannya. Karena itu diperlukan kerjasama antara anak, orangtua, orangtua lain dan guru untuk proses penyembuhan.
b.        Kerjasama dengan guru
                   Orangtua juga perlu berkonsultasi dan bekerjasama dengan guru, khususnya guru bimbingan konseling (BK). Sebab berada di sekolah, gurulah yang menjadi pendidik, dan pengawas anak. Guru adalah sebagai pengganti orangtua di sekolah. Dari pagi hingga siang anak dalam pengawasan guru di sekolah. Guru akan mengetahui anak yang terlibat masalah dan membantu mereka untuk menyelesaikannya. Guru BK berperan untuk menjadi tempat curhat bagi anak atau siswa yang mempunyai masalah, baik dirumah maupun di tempat lain, dengan begitu guru bisa mengetahui dan membantu si anak bisa menyelesaikan masalahnya.
                   Kerjasama yang baik antara orangtua dan guru didalam upaya penanggulangan masalah pergaulan bebas dan narkoba sangat diperlukan karena anak merupakan tanggungjawab orangtua dan gurunya. Untuk itu konsultasi secara berkala antara orangtua dan guru bermanfaat bagi pemantauan anak agar sedini mungkin dapat diketahui gejala-gejala awal manakala seorang anak terlibat pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba.
                   Bila seorang anak dicurigai terlibat pergaulan bebas dan menyalahgunakan narkoba yaitu dari pemantauan perubahan perilaku dan prestasi belajar yang merosot dan absensi yang tinggi, sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan guru.  Bagi anak yang terlibat narkoba, dilakukan tes urine. Apabila positif, maka si anak harus segera diberi perawatan pengobatan.  




                                                                               



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi atau peran dari orang tua adalah fungsi biologik (melahirkan anak), fungsi afeksi (saling mengasihi), fungsi sosialisasi membentuk kepribadian anak.
Dua gaya orang tua dalam mendidik anaknya yaitu gaya otoriter, artinya orang tua akan terfokus kepada pemberian batasan-batasan dan gaya liberal, artinya  orang tua memberikan kebebasan yang tak terbatas kepada anak, tanpa disertai adanya aturan dan hukuman yang mengikat
Kelalaian orang tua dalam mendidik anak antara lain: (1) Minimnya waktu bersama anak, (2) Lemahnya ikatan orang tua dengan anak, (3) Guilty feeling orangtua (4) Komunikasi tak terjalin dengan baik, (5) Berharap terlalu banyak tanpa tuntunan yang memadai (6) Tidak ada aturan yang jelas dan tegas, (7) Tidak disiplin, (8) Orang tua kurang percaya diri, (9) Orang tua mengontrol semua kegiatan anak, (10) Kurang pengawasan, (11) Membiarkan anak terlalu banyak menonton tv, (12) Segalanya diukur dengan materi.
Permasalahan Anak Saat Ini yaitu (1) Pergaulan Bebas, dilihat dari faktor-faktor ppenyebabnya yaitu (A)  Faktor orang tua, antara lain: (i) Faktor Kesenjangan, (ii) Faktor Kekurangan Kepedulian, (iii) Faktor Ketidakmengertian, (iv) Faktor Iman Orang Tua, dan (v) Factor Kesenjangan Secara Rohani. (B) Faktor dari anak itu sendiri, antara lain: (i) Faktor Kesadaran atau Kedewasaan, (ii) Faktor Budaya, (iii) Faktor Keseimbangan Hidup, dan (iv) Faktor Keyakinan.  (C) Faktor perkembangan teknologi, antara lain:  (i) Televisi dan (ii) Internet
Solusi dari berbagai masalah yang dihadapi oleh orang tua, yaitu: (1) Jangan paksakan kehendak, (2) Like father like son, (3) Biarkan mereka mengeksplorasi hal baru, (4) Biarkan anak memilih hobinya, (5) Ajak mengikuti  kegiatan luar ruang, (6) Ciptakan hubungan yang baik antar kakak dan adik, (7) mengenalkan agama, (8) mengenalkan dan menerapkan literasi media, (9) Memberikan lingkungan yang baik kepada anak, (10) menerapkan gaya demokrasi, (11) Menciptakan suasana keluarga yang penuh kasih sayang, nyaman, tentram, dan harmonis.
Upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk pencegahan agar anak mereka tidak terjerumus ke pergaulan bebas dan pengkonsumsian narkoba; (1) Orang tua sebagai pengawas, (2) Orang tua sebagai pembimbing, (3) Orangtua mengenal teman anak-anak, (4) Bekerjasama dengan orang lain dan guru.

B.       Saran
Untuk meminimalisir penyalahgunaan teknologi informasi, baik orang tua, maupun pihak-pihak terkait harus memberikan pengajaran mengenai literasi media.  Apabila perlu, literasi media dapat dimasukkan dalam kurikulum sekolah. 
Orang tua harus dapat memenuhi fungsi-fungsi pokok keluarga, agar keluarga dapat menciptakan keluarga yang selaras dan harmonis. 
Baik pemerintah maupun pihak-pihak yang bertanggung jawab, disarankan menyelenggarakan penyuluhan perihal bahaya pergaulan bebas dan narkoba baik bagi orang tua maupun anak.















Daftar Pustaka


Drs. H. Khairudin, H.SS, Sosiologi Keluarga, Yogyakarta:Liberty Yogyakarta, 2008

http://adhisusilokons.wordpress.com/2010/05/20/daftar-kesalahan-orangtua-terhadap-anak-anaknya/

http://fotounik.net/tips-mendidik-anak/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar