Kamis, 19 April 2012

Sejarah (Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial)


SEJARAH DAN ILMU-ILMU SOSIAL

Sejarah dan ilmu-ilmu sosial mempunyai hubungan timbal balik.  Sejarah diuntungkan oleh ilmu sosial dan sebaliknya.  Belajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari belajar ilmu sosial, meskipun sejarah punya cara sendiri menghadapi objeknya.  Topik-topik baru dalam sejarah terpikirkan, berkat ilmu sosial.
Namun tujuan dan pendekatan dari sejarah dan ilmu sosial berbeda.  Tujuan sejarah ialah mempelajari hal-hal yang unik, tunggal, ideografis dan sekali terjadi dan pendekatannya itu diakronis, memanjang dalam waktu.  Ilmu sosial tertarik kepada yang umum, ajek, nomotetis, dan merupakan pola, dan pendekatannya sinkronis, melebar dalam ruang.  Sejarah mementingkan proses sementara ilmu sosial menekankan struktur.
 

A.       Kegunaan Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
Kegunaannya yaitu:
1.      Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya:  Buku the religion of china yang ditulis oleh Max Weber, Buku Kal Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentang hydraulic society.
2.      Permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial
Contohnya:  Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat Jawa,  Buku Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord and Peasant in the Making of the Modern World.
3.      Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis
Contohnya:  Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an Indonesian Town


B.        Kegunaan Ilmu-Ilmu Sosial Untuk Sejarah
Pengaruh ilmu sosial pada sejarah dapat kita golongkan ke dalam 4 macam yaitu:
        Penggunaan ilmu sosial dalam sejarah itu bervariasi.  Variasi itu ialah
1.      Yang menolak sama sekali
2.      Yang menggunakan secara implisit
3.      Yang menggunakan secara eksplisit
4.      Yang campuran dan kekaburan batas
Yang menolak sama sekali penggunaan ilmu-ilmu sosial berpendapat:
1.      Karena penggunaan ilmu sosial akan berarti hilangnya jati diri sejarah sebagai ilmu yang diakui keberadaannya, jadi sejarah cukup dengan common sense (akal sehat, nalar umum, akal sehari-hari) dan penggunaan dokumen secara kritis.
2.      Karena penggunaan ilmu-ilmu sosial hanya akan menjadikan sejarah sebagai ilmu yang tertutup secara akademis dan personal.  Secara akademis, tanpa ilmu sosial, sejarah bersifat multidisipliner sedangkan dengan ilmu sosial, sejarah akan kehilangan sifat kemandiriannya sebagai the ultimate interdisciplinarian.  Secara personal, sejarah akan punya peristilahan teknis dan ini tidak menguntungkan.
        Adapun penggunaan ilmu-ilmu sosial meliputi:
1.      Konsep
Bahasa Latin conceptus berarti gagasan atau ide.  Sadar atau tidak, sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial.
2.      Teori
Bahasa Yunani theoria berarti, diantaranya, “kaidah yang mendasari gejala, yang sudah melalui verifikasi”; ini berbeda dengan hipotesis.  Teori-teori dalam ilmu sosial banyak digunakan oleh sejarawan untuk membantu mengungkap sejarah.
3.      Permasalahan
Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu sosial yang dapat diangkat menjadi topik-topik penelitian sejarah.
4.      Pendekatan
Pendekatan ilmu sosial digunakan oleh semua tulisan sejarah yang melibatkan penelitian suatu gejala sejarah dengan jangka yang relative panjang (aspek diakronis) dan yang melibatkan penelitian aspek ekonomi, masyarakat, atau politik (aspek sinkronis).

C.       Ilmu-Ilmu Sosial Berguna Untuk Sejarah
1.      Sosiologi
Perlunya mempelajari dan menguasai spesialisasi dalam sosiologi seperti sosiologi keluarga, sosiologi desa, dan sosiologi kota; teori-teori sosiologi seperti stratifikasi, revolusi, kekuasaan; konsep-konsep sosiologi, seperti mobilitas sosial, perubahan sosial, dan solidaritas; untuk menulis sejarah sosial.
2.      Ilmu politik
Dalam ilmu politik di antaranya ada istilah-istilah political culture, organisasi, system politik, demokrasi, konstitusi, bargaining, birokrasi, dan patron-client, kepemimpinan dan korupsi; kesemuanya itu perlu dikuasai untuk menulis sejarah politik.
3.      Antropologi
Disini akan ditekankan pada symbolic anthropology meskipun ada social anthropology.  Konsep-konsep yang perlu diketahui diantaranya ialah symbol, system kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitive dan agraris; berguna ketika menulis tentang sejarah kebudayaan.
4.      Ekonomi
Sejarawan yang akan  melakukan penulisan sejarah ekonomi, harus menguasai konsep ilmu ekonomi meskipun sederhana.  Konsep-konsep seperti ekonomi makro, ekonomi mikro, ekonomi pembangunan, pemasaran, inflasi, devaluasi, agio, upah, gaji, biaya, bunga, nilai tambah, harga dan sewa harus dikuasai.
5.      Demografi
Yang harus diketahui oleh sejarawan, yang bukan demografer, demografi sebenarnya masih dalam jangkauan.  Dengan membaca buku-buku demografi orang akan mendapat feeling apa yang termasuk permasalahan demografi.  Konsep sederhana, seperti perkembangan penduduk, sensus, proyeksi, fertilitas, mortalitas, morbiditas, umur, jenis kelamin dan migrasi harus dikenal karena dapat membantu sejarawan dalam penelitan sejarah.













FAKTA SEJARAH

A.       Pendahuluan
Fakta merupakan unsur utama dalam penyusunan sejarah.  Tanpa fakta tentu saja sejarah tak mungkin disusun. Sejarawan mempunyai kebebasan dalam rekonstruksi.  Yang mengikat sejarawan hanyalah fakta dan tema yang dipilih sejarawan.  Adapun cara merekonstruksi fakta yaitu:
1.         Sumber sejarah, yaitu tulisan yang memuat suatu peristiwa sejarah
2.         Pelaku sejarah, yaitu orang yang secara langsung terlibat dalam pergulatan sejarah
3.         Saksi sejarah, yaitu orang yang mengetahui suatu peristiwa sejarah, tetapi tidak terlibat secara langsung.

B.        Hakekat Fakta
Fakta mewakili sesuatu yang benar-benar ada atau yang telah terjadi di masa lampau.  Aktivitas individu, tanggal peristiwa, lokasi tempat, ukuran obyek semuanya adalah fakta.  Pernyataan berupa fakta adalah proposisi yang dapat dibuktikan. Kebenarannya tergantung pada kehadiran bukti empiris.  Kebenaran atau kesalahan pernyataan dari fakta dapat dibuktikan oleh siapa saja yang ingin melakukannya.  Fakta menunjuk ke hal yang khusus daripada ke hal universal.  Konteks dimana fakta-fakta tersebut digunakan sangat berperan penting dalam menentukan fakta-fakta mana yang penting untuk dipelajari.

C.       Definisi Fakta
Definisi fakta dalam pemakaian sehari-hari yaitu apa yang benar-benar telah terjadi dan fakta sebagai bukti-bukti dari apa-apa yang telah benar-benar terjadi.  Namun, definisi tersebut bukanlah definisi yang tepat.  Secara singkat, dapat dijelaskan bahwa fakta adalah kesimpulan yang diperoleh dari bukti-bukti sejarah yang telah diuji kebenarannya (heuristik dan kritik).  Masalah kebenaran fakta bermunculan dikalangan sejarawan.  Persoalan sebenarnya yang dihadapi oleh sejarawan ialah bagaimana cara-cara yang bisa ditempuh sejarawan untuk membuktikan bahwa apa-apa yang telah disimpulkan itu menggambarkan peristiwa sebenarnya.



D.       Teori Kebenaran Korespondensi dan Koherensi
Ada dua teori kebenaran yang biasanya bisa dikaitkan dengan usaha pengujian kebenaran fakta tersebut, yaitu:
1.         Teori kebenaran korespondensi (correspondence theory of truth)
Teori korespondensi menyatakan bahwa sesuatu itu (suatu pernyataan) benar apabila sama dengan realitasnya (apa yang benar-benar telah terjadi).  Realitas dalam konteks sejarah adalah apa yang ada dalam uraian terdahulu disebut res gestae, yaitu apa yang benar-benar telah terjadi, suatu kenyataan seperti apa adanya yang tidak tergantung pada orang yang menyelidikinya, jadi adanya itu baik ada orang yang memikirkan ataupun tidak.
2.         Teori kebenaran koherensi (coherence theory truth)
Teori koherensi menyatakan bahwa sesuatu itu (suatu pernyataan) benar jika cocok dengan pernyataan-pernyataan lain yang pernah diucapkan atau dinyatakan dan kita terima kebenarannya.  Dasar pokok teori ini adalah bahwa pengetahuan bersifat sistematis.  Menurut teori koherensi fakta itu bukanlah sesuatu yang ada absolut, artinya dia ada apakah ada atau tidak campur tangan manusia, jadi sebagai sesuatu yang seolah-olah ada di suatu tempat dan kita saksikan atau kita pungut setiap saat kita menghendakinya serta sesuatu yang harus dibangun terlebih dahulu.  Fakta pada dasarnya adalah suatu pernyataan karena merupakan suatu konklusi saja dari suatu proses berpikir.

E.        Fakta dan Nilai
Dalam menghadapi fakta orang sering diarahkan oleh suatu penilaian (judgement), artinya menentukan fakta itu berdasarkan nilai tertentu, terutama nilai etik.  Disamping nilai etik, ada nilai agama, kelas sosial, rasial, etnisitas, seksual, ideologis dan lain sebagainya.
Faktor subyektif dalam fakta sering berasal dari nilai-nilai tersebut.  Norma dan nilai berperan pada penyeleksian fakta dan penginterpretasiannya.  Faktor nilai menentukan relevansi fakta terhadap konteks, juga kesepihakan, partisanship (sikap berat sebelah) dalam menggarap fakta.  Apabila nilai-nilai dibiarkan mempengaruhi pengolahan fakta, maka subyektivisme merajalela bahkan kejujuran ilmu pun mulai terlanggar. 
Fakta tidak perlu diwarnai dengan maksud yang disesuaikan dengan selera atau nilai subyektif, tetapi diungkapkan seperti apa adanya, terlepas dari segala kepentingan pribadi, golongan, ras, partai agama dan lain sebagainya. Diperlukannya distansi (penjarakan) antara penulis dan kekuasaan serta kepentingan yang sedang mempunyai kedudukan dan memegang kekuasaan.
Distansi juga dilakukan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan yang universal.  Fakta yang terlepas dari nilai itu tetap perlu dinyatakan sebagai fakta sejarah.
Dalam rangka penulisan sejarah, diperlukannya pemakaian sumber-sumber dan penyeleksian fakta-fakta yang sesuai dengan tema yang akan ditulis.  Koherensi dalam konstruk sejarah menuntut agar fakta mempunyai fungsi tertentu, sehingga dengan sendirinya fakta yang tidak berfungsi tidak dapat dicantumkan dalam konstruk.





PERIODISASI SEJARAH

Pembagian waktu merupakan pokok cerita sejarah.  Pembagian atas dasar pengelompokan ini, babakan dan waktu tertentu di dalam sejrah disebut:  babakan waktu atau pembagian waktu (waktu sejarah dibagi-bagi, dihimpun dna disusun dalam beberapa zaman), serialisasi (dari bahasa Inggris “serialization”, serial=babak) atau periodisasi (dari bahasa belanda “periodesering” periode=babak).  Babakan waktu memberi bentuk dan corak cerita sejarah.  Dasar-dasar penyusunan babakan waktu terletak pada pengaruh pandangan hidup sejarawan
Kajian periodisasi sejarah  melalui konsep ruang (dimensi spasial). dan konsep waktu (dimensi tomperer).  Mengungkap ikhtisar sejarah dapat melalui jiwa, pola, dan struktur urutan kejadian.  Ikhtisar sejarah disusun berdasarkan perkembangan politik, perekonomian, kesenian, agama, sosial budaya dan lain-lain.  Ikhtisar sejarah berguna untuk mengadakan tinjauan menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa dan saling berhubungan dengan berbagai aspek.
Jenis-jenis periodesasi yaitu (1) abad, (2) pergantian dinasti dan (3) kategori sejrah politik.  Pedoman yang digunakan untuk periodisasi yaitu; (1) keyakinan, (2) pandangan hidup, (3) filsafat, dan (4) agama. 

A.       Tujuan Periodisasi Sejarah:
a.       Memudahkan pengertian
b.      Melakukan penyederhanaan
c.       Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
d.      Klasifikasi dalam ilmu sejarah

Dengan tujuan pembabakan waktu ini, maka akan jelaslah kerangka ceritanya dan kerangka cerita ini merupakan penjelmaan pandangan hidup, dasar filsafat serta tafsiran sejarawan.  Sebab tanpa penjelasan dan tafsiran, fakta-fakta masa lalu akan menjadi kronik, amal atau catatan detik-detik peristiwa.

B.        Kriterium Babakan waktu
Beberapa faktor yang dijadikan dasar kriterium antara lain sebagai berikut:
a.       Faktor geografis, menunjukkan lokasinya
b.      Faktor kronologis, menunjukkan waktu
c.       Babakan waktu atas dasar dinasti, keluarga raja atau Wamca
d.      Pembagian atas dasar agama
e.       Babakan waktu yang melukiskan perjuangan manusia
f.       Babakan waktu atas dasar ekonomi: melukiskan kehidupan manusia sebagai homo ekonomikus.
g.      Pembabakan waktu atas dasar evolusionisme, melukiskan gerak maju manusia menuju kesempurnaan hidup
h.      Faktor produksi sebagai dasar babakan waktu. 

Contoh babakan perkembangan manusia (versi di Eropa), sebagai berikut:
a.       Pra sejrah
b.      Kebudayaan kuno
c.       Bangsa-bangsa Stepa/Nomads
d.      Eropa Kuno (mengenal bahasa-bahasa)
e.       Yunani, Romawi Kuno
f.       Agama Budha
g.      Agama Zaman Al-Masih
h.      Agama Nasrani di Timur Tengah
i.        Agama Islam
j.        Kerajaan Allah
k.      Kerajaan manusia (1400-1800)
l.        Zaman Mesin berkuasa (abad ke-19)
m.    Zaman Massa berkuasa (abad ke-20)

Tipe Babakan melukiskan zaman tertentu:
a.       Zaman sebelum ada tulian
b.      Permulaan sejrah
c.       Sejarah kuno sebelum agama nasrani
d.      Zaman agama nasrani berkembang
e.       Zaman pertumbuhan agama protestan dan kapitalisme
f.       Zaman revolusi industri, ekspansi, kolonialisme dan imperialisme.

C.       Babakan Waktu Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia dengan sendirinya akan menyangkut kehidupan bangsa Indonesia sebagai keseluruhan dan kesatuan wilayah yang seutuhnya, sehingga tidak mengherankan apabila Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ditetapkan sebagai dasar interpretasi sejarah Indonesia.  Hal ini tidak perlu diragukan lagi, karena Pancasila sebagai filsafat mempunyai nilai-nilai universal seperti ke-Tuhan-an yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Adapun sejarah Indonesia itu melalui beberapa Zaman dibagi atas tiga babakan waktu.  Pertama, zaman praehistoria, bermula sejak terbentuknya Nusa dan Tubuh Indonesia dan berakhir ketika sejarah tentang bangsa Indonesia, yang dapat dibuktikan dengan bahan-bahan tulisan, yaitu pada permulaan tarikh Masehi.  Kedua yaitu zaman protohistoria (mula sejarah) yang bermula pada permulaan abad VII.  Semenjak itu bermulalah zaman historia sampai kepada zaman sekarang.  Ujung pangkal ketiga zaman tersebut di atas tidaklah sama di seluruh dunia, karena berhubungan erat dengan pemakaian huruf atau aksara yang memang tak sama pada berbagai daerah peradaban sejarah.
Contoh babakan waktu sejarah Indonesia, menurut buku “Geschiedenis van de Nederlandsch Oost-Indische Bezettingen 1972”, karangan J-J. Meinninsma
1.      Nederlandisch-Indie sebagai milik VOC
a)         Penegakan pemerintah Belanda di Hindia Timur (1605-1678)
b)         Perluasan kekuasaan Nederland di Hindia Timur (1678-1757)
c)         Keruntuhan kekuasaan Nederland di Hindia Timur (1757-1800)
2.      Nederlandsch-Indie sebagai milik Negara Nederland
a)         Jatuhnya pemerintah Belanda dan masa peralihan (1800-1816)
b)         Pemerintah Belanda (1816-1836)
c)         Perluasan kekuasaan Nederland di Kepulauan Hindia (1832-1872)

        “Geschiedenis van Indonesia” karangan H.J. de Graaf 1949.
1.      Orang Indonesia dan Asia Tenggara
a)         Zaman Hindu
b)         Zaman penyiaran Islam
2.      Bangsa Barat di Indonesia (1511-1800) yaitu sejarah VOC
3.      Orang Indonesia di zaman VOC (1600-1800)
4.      VOC di luar Indonesia
5.      Orang Indonesia di dalam lingkungan Hindia-Belanda (sesedah 1800)

Dalam”6000 Tahnun Sang Merah Putih”, babakan waktu sejrah Indonesia mula-mula mendapat perwujudan sebagai berikut:
1.      Zaman pra-sejarah
2.      Zaman proto historis
3.      Zaman Sriwijaya- Syailendra
4.      Zaman Singosari-Majapahit
5.      Zaman penyusunan kemerdekaan Indonesia
6.      Abad proklamasi kemerdekaan
Kemudian mengalami perubahan perumusan sebagai berikut:
1.      Zaman pra-sejarah
2.      Zaman proto sejarah
3.      Zaman nasional
4.      Zaman internasional
5.      Abad proklamasi
Babakan waktu berdasarkan kebangsaan mempunyai cirri-ciri:
1.      Menonjolkan kesatuan bangsa
2.      Melukiskan kebesaran dan kejayaan Negara
3.      Bersumber dan berpangkal kepada kesaktian, kesatuan dan kebesaran

Babakan waktu sejarah atas dasar kebangsaan hendaknya disusun dengan memperhatikan syarat ilmiah universal dan obyektif.




ILMU SEJARAH DAN PENGAJARAN SEJARAH

A.      Kendala Dalam Pengajaran Sejarah
Sejarah berbicara tentang rangkaian perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia di waktu yang lampau dalam berbagai aspeknya.  Selanjutnya pengajaran sejarah berarti membawa rangkaian perkembangan peristiwa kehidupan manusia itu ke dalam kelas untuk diinformasikan serta disimak oleh murid-murid.  Namun  hal itu bukanlah masalah yang sederhana, karena harus menghadapi berbagai  kendala, yaitu:
1.         Guru tidak mungkin membawa fakta sejarah ke dalam kelas untuk diamati dan diperiksa secara langsung.  Ini berarti bahwa fakta sejarah sukar diragakan secara langsung di hadapan murid.  Karena itu fakta sejarah hanya bisa diimajinasikan.  Selain dikarenakan  peristiwanya yang  telah terjadi (di waktu yang lampau), tetapi juga menyangkut aktivitas manusia yang memiliki unsur dalam (menyangkut motif, maksud, rencana, gagasan yang kemudian diekspresikan ke luar dalam bentuk tingkah laku) yang memerlukan kemampuan imajinasi untuk bisa menangkap atau menghayatinya.   Sehingga guru sejarah harus menyampaikan sesuatu yang memang pada dasarnya bersifat abstrak.  Guru sejarah perlu mengembangkan cara-cara pendekatan mengajar yang bisa membantu murid menangkap peristiwa sejarah secara lebih bermakna.

2.         Perhatian guru sejarah harus tertuju pada cara memandang sejarah secara histroris, yaitu melihat masa lampau sebagai sesuatu yang memang benar-benar telah terjadi, terlepas dari bagaimana efeknya bagi kehidupan kita sekarang atau bagaimana kita mungkin memberi penilaian terhadap peristiwa masa lampau tersebut.  Namun, tanpa mengurangi usaha untuk mencapai fakta yang benar, patut disadari pula bahwa dalam pengajaran sejarah perlu ditekankan kegunaan praktis dari sejarah yaitu cara memandang masa lampau yang lebih ditekankan dari sudut efek praktisnya bagi kehidupan manusia yang memandangnya.

3.         Guru sejarah hakekatnya berhadapan dengan peristiwa sejarah yang bersifat khusus (unik) dan sekaligus juga peristiwa sejarah sebagai kejadian massal.  Dengan demikian guru sejarah dihadapkan dengan peristiwa sejarah yang bervariasi secara kontinum, dari yang bersifat khusus sampai ke yang bersifat massal.  Dan dalam hubungannya dengan tujuan pengajaran, yang perlu lebih diperhatikan adalah peristiwa sejarah yang bersifat massal (disamping peristiwa khusus) karena melalui kejadian-kejadian massal itulah mungkin dibuat generalisasi yang bisa ditonjolkan sebagai pegangan untuk menghadapi masa kini dan masa yang akan datang.

4.         Masalah pembaharuan pengajaran sejarah.
            Praktek-praktek pengajaran sejarah yang berlaku selama ini sering dicap sebagai hafalan yang didoinasi oleh situasi “too much chalk and talk and by a lack of involvement of children in their own learning”.  Dalam usaha mencari alternatif-alternatif dalam pembaharuan pengajaran sejarah perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar seperti:
a.         Perlunya menekankan sasaran proses belajar yang berorientasi ke arah tujuan masa depan dalam mempelajari masa lampau.
b.        Pengajaran sejarah juga harus mengambil makna atau nilai msa lampau secara dinamis, bukannya statis
c.         Perlunya ditekankan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sejarah
d.        Perlunya mengembangkan suasana belajar yang lebih banyak melibatkan murid, yan berarti pula menekankan aktivitas serta kreativitas murid dengan pendekatan “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA).  Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam perwujudan CBSA adalah: (1) Prinsip motivasi, (2) Prinsip latar atau konteks, (3) Prinsip keterarahan pada titik pusat atau fokus tertentu, (4) Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi, (5) Prinsip belajar sambil bekerja, (6) Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi, (7) Prinsip menemukan, dan (8) Prinsip pemecahan masalah.

5.         Pendekatan baru dalam pengajaran sejarah.
Saat ini,  perlu dikembangkan pendekatan “baru” dalam pengajaran sejarah, yang barangkali bisa dikatakan mengarah pada apa yang dirumuskan oleh R. Douch sebagai ...”the need for children to be involved in history and that they should see it not as a film which they simply watch, but as a continuing play in which they themselves are actors”.  Atau seperti yang lebih tegas dirumuskan oleh Ian Steele sebagai suatu kecenderungan baru dalam pengajaran sejarah, yaitu membawa siswa untuk melakukan kegiatan yang menyerupai gaya seorang sejarawan profesioal, dalam mana ditekankan kegiatan sejarah lokal sebagai suatu pendekatan khusus yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

B.       Manfaat dari mengajarkan sejarah
Pendidikan mencerminkan dua unsur pokok dari proses dasar kehidupan sosial manusia yang tidak lain adalah proses sosialisasi dan enkulturasi.  Sedangkan  sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang meupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa, masa kini maupun diwaktu yang akan datang.  Selain itu, sejarah berfungsi mengabadikan pengalaman masyarakat di waktu yang lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memecahkan problem-problem yang dihadapinya.  Melalui sejarahlah nilai-nilai masa lampau dapat dipetik dan dimanfaatkan untuk menghadapi masa kini, karena tanpa masa lampau orang tidak akan mampu membangun ide-ide tentang konsekuesi dari apa yang dia lakukan.
Sejarah merupakan salah satu sumber kekuatan bagi berfungsinya sarana utama untuk mewujudkan cita-cita nasional yang efektif.  Proses pendidikan tidak bisa berjalan sebagai mana mestinya tanpa dukungan sejarah, sebab sejarahlah yang pada hakekatnya memberikan bahan-bahan bagi terlaksananya proses pengembangan daya-daya manusia yang menjadi inti pendidikan tersebut.  Namun sejarah belum akan berfungsi dalam proses pendidikan apabila belum adanya kesadaran sejarah, karena kesadaran sejarah menjadi dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar