MAKALAH
MATA
KULIAH SOSIOLOGI
POLA ASUH ORANGTUA
Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi
Dosen Pengampu:
Wasiti, M.Si
Disusun
Oleh:
Nunung Khusnul Khotimah (10402241001)
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.
Interaksi sosial merupakan salah satu komponen dari sosiologi. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar
sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubngan
antar individiu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Interaksi sosial yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah keluarga.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang kecil, yang umumnya terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Anak adalah anugerah
dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab
terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu
sebagai pengurus rumah tangga. Orang tua
adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab anak mengenal dunia
luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari akan
terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anak.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak
terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu
tergantung kepada budi pekerti orang tuanya.
Namun, saat ini banyak terjadi kebobrokan moral anak, hal ini
diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik
anak terlalu keras dan bebas serta keluarga yang sedang bermasalah (broken
home). Selain itu, penyebab lainnya
adalah tidak adanya kesepahaman pemikiran antara anak dengan orang tua maupun
sebaliknya.
Dikarenakan peran orang tua yang sangat penting, maka makalah ini akan
membahas lebih mendalam semua yang berkaitan dengan peranan orang tua dalam
mendidik anaknya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa peran dari orang tua?
2.
Apa saja tipe orang tua dalam mendidik anak?
3.
Apa kelalaian orang tua dalam mendidik anak?
4.
Apa saja permasalahan anak saat ini?
5.
Apa solusi dari berbagai masalah yang dihadapi
oleh orang tua?
C. Tujuan
1.
Mengetahui peran dari orang tua
2.
Memahami tipe orang tua dalam mendidik anak
3.
Mengetahui kelalaian orang tua dalam mendidik
anak
4.
Memahami berbagai
permasalahan remaja yang ada saat ini
5.
Mengetahui solusi dari berbagai masalah yang
dihadapi oleh orang tua
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi atau Peran Dari Orang Tua
Orang Tua memiliki fungsi atau peran pokok yakni
fungsi yang sulit dirubah dan digantikan dari orang lain. Fungsi tersebut antara lain:
1.
Fungsi
Biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi
biologik orang tua ialah melahirkan anak.
Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarkat.
2.
Fungsi
Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh
dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan
afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar
perkawinan. Dari hubungan cinta kasih
ini lahirlah hubungan pesaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi,
persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.
Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi
perkembangan pribadi anak.
3.
Fungsi
Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan orang tua
dalam membentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam
rangka perkembangan kepribadiannya.
Sedangkan menurut Mac Iver dan Page, fungsi utama dari
keluarga modern adalah:
1.
Prokreasi dan memperhatikan serta membesarkan
anak
2.
Kepuasaan yang lebih stabil dalam kebutuhan seks
masing-masing
3.
Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan
materialnya, kebudayaan dan kasih sayang. (Khairuddin, 2008:48-49)
B. Gaya Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Mendidik
anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Apa
yang orang tua lakukan kadang tidak disadari dan membawa pesan-pesan tertentu bahkan
mampu menciptakan atmosfer saling menghormati di dalam rumah, atau kekacauan
dan kontrol kekuasaan. Berikut
ini, dua gaya orang tua dalam mendidik anaknya.
1.
Gaya
otoriter
Apabila
orang tua menerapkan gaya otoriter, orang tua akan terfokus kepada pemberian
batasan-batasan. Mereka mencoba untuk mengkontrol anak remaja mereka. Anak-anak
yang hidup dengan gaya pengasuhan seperti ini umumnya akan merasa kecil dan
tidak bebas.
Orang tua cenderung suka mengkritik dan menghakimi anak
remaja mereka. Anak biasa selalu menuntut, dan orang tua menggunakan hukuman
dan penghargaan untuk melakukan control. Orang tua dengan gaya mengasuh ini
kemungkinan akan terlalu terlibat dalam pekerjaan rumah anak remaja mereka,
terlebih kepada prestasi dan nilai yang bagus dibandingkan pelajaran serta
pengalaman anak. Tidak ada penghargaan yang nyata kepada anak remaja.
Remaja yang diasuh dengan gaya otoriter akan memberikan reaksi dengan cara yang
berbeda. Ada yang frustasi, marah, dan
pemberontak di area yang orang tua tidak dapat mengkontrol seperti pertemanan,
obat terlarang, kenakalan di sekolah, atau seks. Disini kekuatan untuk bertahan
muncul diantara remaja dan orang tua. Penghormatan akan hilang di kedua belah
pihak.
Bagaimanapun, anak remaja dari orang tua otoriter akan
bersikap dengan cara berlawanan, penuh rasa takut kepada orang tua dan tidak
berani menunjukkan emosinya. Anak tidak mau dikritik, dan mereka mencoba
semampunya untuk menyenangkan orang tua dan mengikuti arahan orang tua, meski
anak tidak lagi menghormati orang tua. Pada permukaan, akan tampak bahwa
hubungan keluarga akan terlihat sempurna karena anak remaja berlaku seperti yang dituntut orang tua.
Dampak buruk dari gaya pengasuhan otoriter antara lain:
a.
Gaya mengasuh otoriter
tidak akan membantu untuk membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati
terhadap orang tua
b.
Gaya mengasuh ini
tidak menawarkan kebebasan yang pantas dan rasa tanggung jawab kepada anak
remaja
c.
Gaya mengasuh ini
tidak mengajarkan anak remaja untuk memikirkan dirinya sendiri
2.
Gaya
Liberal
Karakterisitik
dari gaya liberal adalah memberikan kebebasan yang tak terbatas kepada anak,
tanpa disertai adanya aturan dan hukuman yang mengikat. Tentu saja, hal ini cenderung memberikan efek
yang tidak baik kepada si anak.
Pergaulan
anak yang tidak diawasi oleh orang tua, dapat menyebabkan si anak terjerumus ke
pergaulan bebas. Selain itu, anak juga
dapat menjadi konsumen narkoba dan minuman keras. Tentu saja, hal ini akan berdampak negatif
pada perkembangan psikologi dan moral anak tersebut.
Kebebasan
anak dalam menggunakan teknologi informasi juga dapat berefek negatif pada
anak, salah satunya si anak dapat meniru adegan kekerasan yang ditayangkan di
televisi. Tidak hanya itu, dengan
penggunaan internet tanpa pengawasan, anak dapat dengan mudah mengakses
situs-situs porno.
Tidak hanya
itu, sifat liberal orang tua juga dapat menjadikan anak memiliki sifat
manja. Akibat dari sifat manja adalah:
a.
Anak akan mempunyai
sifat egois atau mementingkan diri sendiri. Anak yang dimanja sejak kecil merasa
bahwa selalu ada orang lain yang akan membantu dirinya atau memenuhi segala
keinginan dirinya. Akibatnya nanti, anak akan merasa “besar”, merasa
terpandang, merasa kepentingannya adalah yang paling utama. Akibatnya pula,
anak semacam ini akan memiliki kepekaan sosial yang kurang. Anak menjadi tidak
mengerti bagaimana menghargai orang lain.
b.
Anak akan memiliki
rasa harga diri yang kurang. Karena selalu dituruti, dilayani, dan dilindungi,
akan membuat anak memiliki keyakinan bahwa ia “tidak mampu” mengerjakan
sesuatu. Mereka nantinya selalu meminta harapan dan bantuan dari orang lain.
Selanjutnya, mereka menjadi lekas putus asa dan keras kepala.
c.
Anak akan menjadi
kurang memiliki rasa inisiatif. Mereka akan memupuk sifat malas. Mereka enggan
mengerjakan sesuatu yang sulit karena sejak kecil anak yang dimanja sudah
dimudahkan kehidupannya.
d.
Anak akan menjadi
tidak mandiri. Jika sejak kecil anak sudah dituruti keinginannya, maka ketika
besar anak menjadi dependen atau bergantung pada orang lain. Nantinya, dalam mengerjakan
sesuatu, anak akan selalu meminta-minta bantuan kepada orang lain.
C. Kelalaian Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Seringkali orang tua melakukan kelalaian
atau kesalahan dalam proses mendidik anaknya menuju kedewasaan. Lalai atau salah dalam mendidik anak itu
bermacam-macam bentuknya. Berikut ini kelalaina yang sering dilakukan oleh
orang tua dalam mendidik anak-anaknya:
1.
Minimnya
waktu bersama anak.
Kesibukan
kerja membuat energi orangtua habis terkuras, sehingga tak lagi waktu tersisa
untuk bisa beraktivitas bersama anak, entah itu bermain, bernyanyi atau
bercerita. Belum lagi kurangnya waktu untuk mentransfer nilai-nilai moral,
etika dan spiritual pada anak.
2.
Lemahnya
ikatan orang tua dengan anak.
Keseharian
anak biasanya jadi lebih banyak bersama orangtua pengganti, seperti nenek-kakek,
om-tante, pengasuh, dan sebagainya. Orang tua tidak memiliki waktu dan memberikan
limpahan perhatian kepada anak, sehingga berakibat pada lemahnya ikatan antara
orangtua dengan anak.
3.
Guilty
feeling orangtua.
Perasaan
bersalah orangtua lantaran sering meninggalkan anaknya mendorong orangtua
membanjiri anak dengan berbagai hadiah. Akibatnya, anak terbiasa mendapatkan
segala sesuatu tanpa pernah dibarengi tuntutan apapun dari orangtua dan menjadikan
anak memiliki sifat manja.
4.
Komunikasi tak terjalin dengan baik
Tak
banyak orangtua yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, termasuk
dengan anak. Tak heran kalau komunikasi terhadap anak cenderung menyimpang atau
dilakukan dengan cara salah, seperti membentak, menghakimi, mencemooh,
mengabaikan, main perintah, dan sebagainya. Celakanya, pola komunikasi yang
salah seperti inilah yang ditiru oleh anak. Dampaknya, bukan tidak mungkin
konsep diri anak menjadi rendah.
5.
Berharap
terlalu banyak tanpa tuntunan yang memadai
Contohnya
adalah anak dibiarkan saja saat main PS terus menerus tanpa ada teguran atau
peringatan untuk belajar atau menyelesaikan tugas sekolah lebih dulu.
Celakanya, di saat yang sama orangtua berharap anak mendapat ranking bagus di
sekolahnya.
6.
Tidak ada
aturan yang jelas dan tegas
Seharusnya
sejak anak masih kecil, orangtua sudah konsisten menanamkan aturan.
Penerapannya tidak harus kaku, melainkan dilakukan secara sabar, berulang-ulang
namun konsisten. Ketika memberlakukan aturan apapun, orangtua harus mampu
bersikap tegas dan jelas untuk tidak begitu saja mengikuti kemauan anak. Sekali
saja orangtua mengiyakan kehendak anak maka aturan yang sudah ada akan rusak
karena anak akan melanggarnya.
7.
Tidak
disiplin
Bersikap
kelewat permisif selalu membolehkan anak melakukan apapun, juga sama sekali
tidak mendidik. Orangtua membolehkan anak nonton dan main games tanpa batasan.
Bahkan sampai berjam-jam. Akibatnya, anak tidak tahu kalau ada aturan bagi
dirinya. Dia tidak tahu mana yang boleh mana yang tidak. Jadi, beri aturan yang
jelas dan tegas. Apapun konsekuensi yang telah disepakati bersama dan
disampaikan kepada anak harus tetap dijalankan.
8.
Orang tua kurang percaya diri
Idealnya
orangtua tidak boleh “kalah kata” dengan anak. Artinya, orangtua harus punya keberanian dan
rasa percaya diri. Agar anak bersedia mengikuti aturan, orangtua harus mampu
bersikap tegas. Jangan sampai orangtua
kehabisan kata-kata lantas menyerah pada kemauan anak.
9.
Orang tua mengontrol semua kegiatan
anak
Dalam
hal ini orangtua menutup kesempatan anak untuk memiliki pengalaman berpikir
sendiri, memilih maupun mengambil keputusan bagi dirinya. Imbasnya, anak tidak
mendapat kesempatan untuk merasakan kegagalan ataupun keberhasilan. Celakanya,
tanpa disadari, orangtua justru kerap melindungi anak terhadap konsekuensi
alamiah akibat perilaku negatifnya.
10. Kurang pengawasan
Dalam
hal ini orangtua menutup kesempatan anak untuk memiliki pengalaman berpikir
sendiri, memilih maupun mengambil keputusan bagi dirinya. Imbasnya, anak tidak
mendapat kesempatan untuk merasakan kegagalan ataupun keberhasilan. Celakanya,
tanpa disadari, orangtua justru kerap melindungi anak terhadap konsekuensi
alamiah akibat perilaku negatifnya.
11.
Membiarkan
anak terlalu banyak menonton tv
Menonoton
tv akan membuat anak malas belajar. Orang tua akan cenderung membiarkan anak
menonoton tv berjam-jam daripada menganggu aktivitas mereka, padahal dengan
sikap seperti itu orangtua tidak mungkin memfilter masuknya iklan maupun acara
yang bersikap negative yang tidak mendidik.
12. Segalanya diukur dengan materi
Tidaklah
salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah tetapi haruslah
disadari bahwa yang dibutuhkan anak adalah quality time bersama orang tua
daripada diberikan sesuatu dan diam karena mereka lebih cenderung ingin
didengarkan. (adhisusilokons.wordpress.com/2010/05/20/daftar-kesalahan-orangtua-terhadap-anak-anaknya/)
D. Permasalahan Anak Saat Ini
Secara garis besar, permasalahan dikalangan anak yang
sedang marak terjadi adalah pergaulan bebas dan pengkonsumsian narkoba.
1.
Pergaulan
Bebas
Faktor-faktor
penyebab terjadinya pergaulan bebas adalah:
a.
Faktor
orang tua
Para
orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah. System komunikasi, pengaruh media massa,
kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat
mempengaruhi anak-anak. Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jaman
para orang tua masih remaja dulu. Semakin hari zaman semakin berkembang.
Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tua dalam era ini, dapat kita
sebutkan antara lain:
1)
Faktor
Kesenjangan
Pada sebagian masyarakat kita masih terdapat
anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan
orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam
menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari
kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.
2)
Faktor
Kekurangan Kepedulian
Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan
muda-mudi atau anaknya. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan
adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah
terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah
terlambat. Anak akan lebih memilih menceritakan masalah yang sedang dihadapinya
pada teman sebayanya, yang cenderung tidak memiliki baik pengetahuan maupun
pengalaman dalam memecahkan masalah.
3)
Faktor
Ketidakmengertian
Kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang
kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan
kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata
tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang
mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
4)
Faktor
Iman Orang Tua
Ini terjadi kepada para orang tua yang kadar keimanannya
masih tergolong rendah, mereka adalah orang orang yang kurang begitu memahami
agama yang mereka anut. Seharusnya mereka memberikan contoh yang baik kepada
anak-anaknya tentang agama yang mereka yakini, memberikan pengertian tentang
apa yang boleh dan tidak boleh. Anak akan menjadi religius jika orang tuanyapun
membimbingnya untuk menjadi anak yang religius.
5)
Faktor
Kesenjangan Secara Rohani
Ini sebenarnya terkait dengan keimanan orang tua juga,
namun banyak orang beragama yang baik, juga tidak sungguh-sungguh berdoa sejak
awal untuk pergaulan anak-anak mereka. Padahal doa adalah hal utama yang
semestinya dilakukan sejak awal. Sedangkan mereka baru akan berdoa disaat saat
anak-anak mereka sudah terjerumus dalam pergaulan bebas.
b. Faktor dari anak itu sendiri
Remaja sebagai pelaku utama dalam pergaulan tentunya harus
yang pertama menyadari akan kerawanan-kerawanan mereka dalam pergaulan. Adapun beberapa factor yang datang dari orang
muda, yaitu:
1)
Faktor
Kesadaran atau Kedewasaan
Faktor ini
bukan hanya umurnya yang kurang, tetapi orang muda pada umumnya memang memiliki
kecenderungan belum memiliki modal yang cukup dalam mempertimbangkan,
memutuskan dan melakukan segala sesuatu, misalnya pengalaman belum cukup, usia
masih muda, kedewasaan belum penuh, pertimbangan belum matang, kurang menyadari
akan bahaya, cenderung meremehkan hal-hal yang sebenarnya penting, belum dapat
menghayati sakitnya akibat dari tindakan yang salah, serta belum mencapai
kestabilan emosi, sehingga sering terjebak dalam langkah yang berbahaya.
Ditambah lagi kecenderungan orang muda ingin mencoba-coba sesuatu yang baru
yang belum pernah dirasakan atau dialaminya
2)
Faktor
Budaya
Remaja cenderung menganggap bahwa pergaulan bebas
adalah budaya remaja jaman sekarang.
Mereka merasa pergaulan bebas adalah hak mereka. Mereka mengatakan sekaranglah
waktunya bergaul sebebas-bebasnya. Hal ini menimbulkan budaya iseng. Daripada
dikatakan tidak gaul, mereka akhirnya bergaul sebebas-bebasnya.
3)
Faktor
Keseimbangan Hidup
Remaja memiliki potensi, tenaga, idealisme, semangat
yang sedang bertumbuh dan sedang mekar-mekarnya, termasuk nafsu seksualitanya,
dan lain-lain. Kondisi ini jika tidak didukung prinsip-prinsip rohani yang
kuat, penguasaan diri yang baik, dan pendampingan dari seorang senior yang
handal akan berakibat fatal. Maka banyak kehidupan remaja cenderung menjadi liar.
4)
Faktor
Keyakinan
Ini
sebenarnya faktor terpenting dalam membekali remaja menjalani hidup. Remaja yang kadar imannya rendah,
memiliki kecenderungan untuk tidak berjalan dalam jalan Tuhan, termasuk tidak
berdoa untuk pergaulan mereka. Sebaliknya yang kadar imannya tinggi dan berjalan dalam jalan Tuhan,
jelas akan menuai dalam damai sejahtera.
c.
Faktor
perkembangan teknologi
1)
Televisi
Saat ini, hampir tidak ada masyarakat, terutama di
perkotaan, yang tidak tersentuh oleh media massa. Yang paling populer tentu
saja televisi. Sekarang ini hampir setiap rumah memiliki televisi. Televisi kini dianggap merupakan kebutuhan
primer masyarakat, disamping “sandang, mangan, papan”. Di antara penonton televisi itu, terdapat
anak-anak dan remaja, yang sedang mengalami masa perkembangan dan melewati fase
suka meniru/imitasi. Di sisi lain, bahaya televisi melalui tayangan yang kurang
bermutu meneror anak-anak dan remaja.
Berbagai efek buruknya jelas. Sebagai contoh acara smackdown
yang telah menelan korban anak-anak lantaran meniru adegan kekerasan yang ada
di acara tersebut. Begitu pula dengan
remaja. Mereka masih dalam fase mencari
jati diri. Akibat tayangan sinetron
atau film yang berdasarkan kisah fiksi tersebut, menyebabkan timbulnya budaya konsumerisme dan
pergaulan bebas merebak di kalangan remaja.
Selain itu, eksploitasi seksual dalam televisi dan film-film
ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara
sembarangan di usia muda, dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media,
para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh
siapa saja, dimana saja, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks
di media, maka mereka akan semakin berani mencoba seks di usia muda.
Dalam kondisi seperti ini, sejak sekitar satu dekade yang
lalu, mulai berkembang konsep literasi media (media literacy). Secara
sederhana, literasi media berarti ‘kecerdasan dan keterampilan’ dalam
menggunakan media massa. Kemampuan ini akan membuat kita dapat memilah dan
memilih mana tayangan yang baik dan mana yang tidak.
2)
Internet
Di era globalisasi ini, pengaruh internet sangatlah besar
bagi pergaulan para remaja. Bagi mereka yang bisa memanfaatkannya dengan baik,
mereka akan mendapatkan banyak pengaruh positif dari media tersebut. Akan
tetapi, realita mengatakan sebaliknya. Dalam penggunaannya, remaja tidak
diawasi oleh orang-orang disekitar mereka yang dapat membimbing dan mengarahkan
mereka untuk memanfaatkan teknologi tersebut secara maksimal, akibatnya banyak
dari mereka yang membuka situs-situs yang tidak mendidik seperti situs-situs
pornografi yang bisa diakses dengan mudahnya. Situs jejaring sosialpun seperti
facebook, twitter, friendster, dan sebagainya apabila disalahgunakan dapat pula
membahayakan. Hal ini terbukti dengan
adanya beberapa kasus kriminalitas seperti penculikan dan kekerasan secara
psikologis dikarenakan komunikasi via jejaring sosial.
2.
Pengkonsumsian
narkoba
Narkoba
adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan,
pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik
dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba
sangat berbahaya, hal ini dikarenakan narkoba dapat merusak sistem syaraf,
menyebabkan berbagai penyakit, menyebabkan ketergantungan, dan yang paling terpenting
adalah narkoba menguras energi, dana dan daya orang tua yang harus tersita
untuk mengurus anak korban narkoba.
Tidak
ada suatu kata untuk mencegah, namun yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah
upaya pemberian informasi tentang bahaya narkoba. Pemberian informasi perihal narkoba
disampaikan sesuai dengan usia dari sang anak.
Pada
tahap anak sebelum memasuki usia sekolah, orang tua menjelaskan bahwa beberapa
benda berbahaya untuk tubuh. Pada anak
SD, mulai dijelaskan tentang bahaya merokok dan minuman berakohol. Sedangkan pada anak SMP dan SMA orang tua
dapat menjelaskan jenis-jenis narkoba yang beredar di masyarakat, lengkap
dengan pengetahuan tentang bahaya masing-masing dari obat-obatan itu, serta
menjelaskan mekanisme bekerjanya obat-obatan itu terhadap otak, perilaku,
emosi, serta bahayanya terhadap organ-organ tubuh.
Dengan
penjelasan yang memadai, diharapkan akan menimbulkan sikap kritis dari dalam
diri anak, ketika suatu waktu ada yang menawarkan narkoba, si anak berani
menolak ajakan orang untuk menggunakan narkoba. Agar orang tua dapat
menjelaskan dan menjawab pertanyaan anak, tentu saja orangtua harus lebih
dahulu siap. Sehingga orangtua harus
mempelajari segala hal berkaitan dengan narkoba, dan tentu saja kegiatan
berdiskusi dengan anak dapat berjalan lancar.
E. Solusi Dari Berbagai Masalah Yang Dihadapi
Oleh Orang Tua
Berikut ini, beberapa solusi dari berbagai
permasalahan yang harus dihadapi oleh orang tua, baik dari pihak orang tua
maupun sang anak:
1.
Jangan paksakan
kehendak, tetapi bimbing anak dalam menapaki dan menatap dunia yang baru. Puisi dari Khalil Gibran menerangkan
“anak-anakmu bukanlah anak-anakmu,
mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka
dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu, meskipun mereka ada bersamamu tapi
mereka bukan milikmu” dari kata-kata puisi khalil gibran bisa kita jelaskan
bahwa semua anak ingin menjadi diri mereka sendiri, maka biarkanlah mereka jadi
diri mereka sendiri. Jangan paksakan kehendak dan keinginan kita.
2.
Like father like son,
memberi contoh yang baik, adalah lebih daripada seribu kata nasihat (jika kita
masih sering memaki-maki pembantu atau oranglain, bagaimana mungkin anak-anak
kita bisa jadi anak yang santun dan mengharagai orang) jadikan kita sebagai
figur yang bisa jadi model atau panutan mereka, daripada di kemudian hari
panutan mereka adalah teman yang bandar narkoba.
3.
Biarkan mereka mengeksplorasi
hal baru, jangan mengekang anak dengan mengatasnamakan rasa sayang, beri mereka
ruang untuk mengekplorasi rasa keingintahuan mereka dengan pengawasan kita.
Karena di mata mereka, dunia ini adalah hal yang menarik setiap saat.
4.
Biarkan anak memilih
hobinya, jangan dihambat, jangan dipaksakan hobi kita pada mereka, apalagi hobi
yang gagal kita dapatkan masa kecil karena kekurangan biaya. Biarkan mereka
memilih, jangan menutup mata bahwa banyak orang sukses yang dimulai dari
menjalankan hobi mereka.
5.
Ajak mengikuti kegiatan luar ruang, pergi camping, memancing
atau hiking bisa membantu membentuk kemandirian dan keberanian mereka.
6.
Ciptakan hubungan yang
baik antar kakak dan adik, saling mencintai dan menghargai antar saudara adalah
bekal mereka menghadapi kehidupan. Rasa penuh cinta dan penghormatan akan
membawa mereka menjadi manusia yang utuh.
7.
Agama, yang terakhir
dan yang terpenting. Ajarkan agama semenjak dini, karena itu akan menjadi
benteng terhebat mereka dalam memaknai kehidupan. Jika anda tidak mengerti
agama, jangan malu, datangkan guru ke rumah, untuk belajar bersama mereka. Karena
hanya dengan Ridha Allah SWT lah mereka dapat tumbuh. (fotounik.net/tips-mendidik-anak/).
8.
Orang tua menerapkan gaya demokrasi dalam
mendidik anaknya, sebagai solusi dari kekurangan gaya otoriter dan liberal.
9.
Orang tua mengenalkan dan menerapkan literasi
media sehingga meminilimasir penyalahgunaan teknologi informasi pada anak.
10. Memberikan
lingkungan yang baik kepada anak. Lingkungan yang positif akan memberikan
karakter yang positif pula pada seorang remaja, sebaliknya jika mereka berada
di lingkungan negatif mereka akan terbawa ke lingkungan tersebut.
11. Menciptakan
suasana keluarga yang penuh kasih sayang, nyaman, tentram, dan harmonis.
Selain
itu, orang tua juga dapat melakukan beberapa upaya di bawah ini, untuk
pencegahan agar anak mereka tidak terjerumus ke pergaulan bebas dan
pengkonsumsian narkoba;
1.
Orang tua
sebagai pengawas
Untuk
menghidari anak dari bahaya pergaulan bebas dan narkoba, orangtua juga harus
meningkatkan peranannya sebagai pengawas. Pembatasan (bouderis) sangat membantu
untuk membuat anak merasa aman. Keluarga perlu menyusun peraturan yang jelas.
Dengan peraturan rumah yang jelas, anak akan tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Peraturan rumah tersebut selain harus diketahui juga
harus dimengerti sehingga yang melanggar akan dihukum sesuai kesepakatan.
Setiap
anak hendak pergi, orangtua perlu bertanya dengan rincian kemana tujuan, kapan
pulang, dengan siapa mereka pergi dan yang lain-lain yang dirasakan perlu.
Kontrol disini untuk menunjukkan bahwa orangtua punya perhatian khusus kepada
anak, dan tidak membiarkan anak untuk bertindak semuanya sendiri. Yang perlu
diingat adalah sekalipun kotrol dijalankan dengan ketat, tetapi harus selalu
berdialog dengan anak dan menerima keberatan-keberatan yang disampaikan anak.
2.
Orang tua
sebagai pembimbing
Peranan
sebagai pembimbing anak terutama dalam membatu anak mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi dan memberikan pilihan-pilihan saran yang realities bagi anak.
Orang tua harus dapat membimbing anaknya secara bijaksana dan jangan sampai
menekan harga diri anak. Anak harus dapat mengembangkan kesadaran, bahwa ia
adalah seorang pribadi yang berharga, yang dapat mandiri, dan mampu dengan cara
sendiri menghadapi persoalan-persoalannya. Bila si anak tidak mampu menghadapi
persoalan-persoalannya yang susah seperti masalah narkoba, orangtua harus dapat
membantu membahas masalah tersebut dalam bentuk dialog. Dalam hal ini termasuk bantuan bagi anak
untuk mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya. Sehingga si anak
akan memiliki pegangan dan dukungan dari orangtuanya.
3.
Orangtua
mengenal teman anak-anak
Orangtua
perlu tahu siapa saja teman anaknya; kemana mereka pergi, dan apa saja kegiatan
mereka. Bila anak membawa teman kerumah, bergabunglah dengan mereka. Tanyailah
dimana mereka tinggal, apa saja kegiatan mereka pada waktu luang dan bagaimana
kabar orangtua mereka. Pembiasaan-pembiasaan ini akan membuat anak maupun
teman-temannya menjadi akrab dengan orangtua dan menganggap orangtua sebagai
bagian dari kelompok mereka. Dan tetaplah bangun sampai saat anak pulang pada
waktu malam.
Langkah
selanjutnya adalah menyampaikan harapan kita kepada anak-anak untuk mengikuti
peraturan tersebut secara tegas tetapi dengan penuh rasa kepedulian.
Dengan
cara seperti ini si anak akan merasa bahwa orangtuanya memperhatikan dan
mengetahui semua kegiatan dan teman-temannya. Ini akan membuat si anak akan
berfikir untuk melakukan kesalahan-kesalahan kepada orangtuanya. (fotounik.net/tips-mendidik-anak/).
4.
Bekerjasama
dengan orang lain dan guru
a.
Kerjasama dengan
orang tua lain
Bagi
orangtua yang anaknya menjadi korban pergaulan bebas dan narkoba, perlu ada
suatu kerjasama ataupun pertemuan dengan orang lain yang memiliki pengalaman
yang sama tentang masalah pergaulan bebas dan narkoba. Pertemuan dan diskusi akan sangat membantu
menyelesaikan masalah, karena dapat saling berbagi informasi dan mencari
penyelesaian untuk menanggulangi masalah narkoba serta dapat membuat masalah
kita menjadi ringan dan kita mampu menerima bahwa anak kita terlibat pergaun
dan bebas danarkoba dan harus diselamatkan. Dan orangtua tidak merasa sendiri menghadapi
masalahnya dan akan merasa optimis dapat menyelesaikannya. Biasanya sesama
orangtua yang anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, ditanamkan
pemahaman bahwa menjadi pecandu merupakan penyakit. Karena itu pecandu harus
disembuhkan dari penyakit itu.
Penyakit
itu tidak mudah disembuhkan. Pecandu membutuhkan orang lain untuk membantu
menyembuhkannya. Karena itu diperlukan kerjasama antara anak, orangtua,
orangtua lain dan guru untuk proses penyembuhan.
b.
Kerjasama
dengan guru
Orangtua
juga perlu berkonsultasi dan bekerjasama dengan guru, khususnya guru bimbingan
konseling (BK). Sebab berada di sekolah, gurulah yang menjadi pendidik, dan
pengawas anak. Guru adalah sebagai pengganti orangtua di sekolah. Dari pagi
hingga siang anak dalam pengawasan guru di sekolah. Guru akan mengetahui anak
yang terlibat masalah dan membantu mereka untuk menyelesaikannya. Guru BK berperan
untuk menjadi tempat curhat bagi anak atau siswa yang mempunyai masalah, baik
dirumah maupun di tempat lain, dengan begitu guru bisa mengetahui dan membantu
si anak bisa menyelesaikan masalahnya.
Kerjasama
yang baik antara orangtua dan guru didalam upaya penanggulangan masalah pergaulan
bebas dan narkoba sangat diperlukan karena anak merupakan tanggungjawab
orangtua dan gurunya. Untuk itu konsultasi secara berkala antara orangtua dan
guru bermanfaat bagi pemantauan anak agar sedini mungkin dapat diketahui
gejala-gejala awal manakala seorang anak terlibat pergaulan bebas dan penyalahgunaan
narkoba.
Bila
seorang anak dicurigai terlibat pergaulan bebas dan menyalahgunakan narkoba
yaitu dari pemantauan perubahan perilaku dan prestasi belajar yang merosot dan
absensi yang tinggi, sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan guru. Bagi anak yang terlibat narkoba, dilakukan tes
urine. Apabila positif, maka si anak harus segera diberi perawatan pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi atau peran dari
orang tua adalah fungsi biologik (melahirkan anak), fungsi afeksi (saling
mengasihi), fungsi sosialisasi membentuk kepribadian anak.
Dua gaya orang tua
dalam mendidik anaknya yaitu gaya otoriter, artinya orang tua akan terfokus
kepada pemberian batasan-batasan dan gaya liberal, artinya orang tua memberikan kebebasan yang tak
terbatas kepada anak, tanpa disertai adanya aturan dan hukuman yang mengikat
Kelalaian orang tua dalam mendidik anak antara lain: (1) Minimnya waktu
bersama anak, (2) Lemahnya ikatan orang tua dengan anak, (3) Guilty feeling
orangtua (4) Komunikasi tak
terjalin dengan baik, (5) Berharap terlalu banyak tanpa tuntunan yang memadai
(6) Tidak ada aturan yang jelas dan tegas, (7) Tidak disiplin, (8) Orang tua kurang percaya diri, (9) Orang tua mengontrol semua kegiatan
anak, (10) Kurang pengawasan, (11) Membiarkan anak terlalu banyak menonton tv,
(12) Segalanya diukur dengan materi.
Permasalahan Anak Saat Ini yaitu (1) Pergaulan Bebas, dilihat dari faktor-faktor
ppenyebabnya yaitu (A) Faktor
orang tua, antara lain: (i) Faktor Kesenjangan, (ii) Faktor
Kekurangan Kepedulian, (iii) Faktor
Ketidakmengertian, (iv) Faktor Iman Orang
Tua, dan (v) Factor Kesenjangan Secara Rohani. (B) Faktor
dari anak itu sendiri,
antara lain: (i) Faktor Kesadaran atau Kedewasaan,
(ii) Faktor Budaya, (iii) Faktor Keseimbangan
Hidup, dan (iv) Faktor Keyakinan. (C) Faktor
perkembangan teknologi, antara lain: (i)
Televisi dan (ii) Internet
Solusi dari berbagai masalah yang
dihadapi oleh orang tua, yaitu: (1) Jangan paksakan
kehendak, (2) Like father like son, (3) Biarkan mereka mengeksplorasi hal baru,
(4) Biarkan anak memilih hobinya, (5) Ajak mengikuti kegiatan luar ruang, (6) Ciptakan hubungan
yang baik antar kakak dan adik, (7) mengenalkan agama, (8) mengenalkan
dan menerapkan literasi media, (9) Memberikan
lingkungan yang baik kepada anak, (10) menerapkan gaya demokrasi, (11) Menciptakan
suasana keluarga yang penuh kasih sayang, nyaman, tentram, dan harmonis.
Upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk
pencegahan agar anak mereka tidak terjerumus ke pergaulan bebas dan
pengkonsumsian narkoba; (1) Orang tua sebagai pengawas, (2) Orang tua
sebagai pembimbing, (3) Orangtua mengenal teman anak-anak, (4) Bekerjasama
dengan orang lain dan guru.
B. Saran
Untuk
meminimalisir penyalahgunaan teknologi informasi, baik orang tua, maupun
pihak-pihak terkait harus memberikan pengajaran mengenai literasi media. Apabila perlu, literasi media dapat
dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Orang tua harus
dapat memenuhi fungsi-fungsi pokok keluarga, agar keluarga dapat menciptakan
keluarga yang selaras dan harmonis.
Baik pemerintah
maupun pihak-pihak yang bertanggung jawab, disarankan menyelenggarakan
penyuluhan perihal bahaya pergaulan bebas dan narkoba baik bagi orang tua
maupun anak.
Daftar
Pustaka
Drs.
H. Khairudin, H.SS, Sosiologi Keluarga, Yogyakarta:Liberty Yogyakarta,
2008
http://adhisusilokons.wordpress.com/2010/05/20/daftar-kesalahan-orangtua-terhadap-anak-anaknya/
http://fotounik.net/tips-mendidik-anak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar